Pengembangan Keterampilan Pribadi Sosial Remaja Di Pesantren
Analisis Situasi
Pesantren sebagai salah satu bentuk sistem pendidikan Islam yang ada di
Indonesia, merupakan lembaga pendidikan Islam yang berfungsi sebagai
lembaga sosial serta memiliki program pendidikan yang disusun secara
mandiri. Tujuan pendidikan tetap mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional
yang menekankan pada upaya pengintegrasian keilmuan dan keterampilan
baik agama ataupun umum. Kualifikasi lulusan pesantren pun diharapkan
mampu menguasai pengetahuan, khususnya tentang ajaran agama Islam yang
diperlukan untuk melanjutkan studi pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, serta menjadi anggota masyarakat yang mampu
mewujudkan hubungan timbal balik yang harmonis. Sistem pendidikan yang
ada di pesantren mengharuskan para siswanya untuk sekaligus sebagai
penghuni asrama yang ada. Model pembelajaran yang dipakai mempunyai
perbedaan dengan lembaga pendidikan umum yang merupakan ciri khas di
pesantren, misalnya saja pada pagi hari siswa atau santri mendapat
pengajaran umum, sorenya mereka mendapat pengajaran agama. Kondisi
semacam ini menyebabkan hubungan antar teman sangat dekat bahkan dapat
dikatakan sangat akrab.
Kedekatan antar teman ini sesungguhnya memberikan pengalaman pribadi dan
sosial yang makin luas, peningkatan kemampuan berfikir, kemampuan
penyesuaian diri baik sosial ataupun fisik, dan untuk saling tolong
menolong. Pola-pola hubungan pergaulan sangat nampak dalam situasi
pesantren sebab rata-rata santri adalah pada usia remaja.Bagi yang sudah
menginjak bangku kuliah akan diberi kebebasan keluar dari pondok
pesantren, hal terkait dengan kegiatan di Perguruan Tinggi yang sudah
sangat kompleks.
Penghuni pesantren yang kebanyakan usia remaja ini merupakan usia yang
baru mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang relatif sangat
cepat. Pada usia remaja ini ketertarikan dan komitmen serta ikatan
terhadap teman sebaya menjadi sangat kuat. Hal ini karena remaja merasa
bahwa orang dewasa tidak dapat memahami mereka. Keadaan ini sering
menjadikan remaja sebagai suatu kelompok yang ekslusif karena hanya
sesama merekalah dapat saling memahami. Sebagaian remaja lebih sering
membicarakan masalah-masalah yang serius dengan teman sebaya dibanding
dengan orang tua atau guru pengasuh mereka di pondok. Persoalan yang
perlu diwaspadai adalah kondisi perkembangan mereka. Pola pikir yang
terkadang radikal, emosi yang belum stabil, rasa ingin tahu yang kuat,
agresif, cenderung menantang dengan aturan-aturan pesantren,
kadang-kadang menyebabkan ” etik pelayanan bimbingan dan konseling ”
diabaikan. Hal ini terutama diantara remaja ( yang sebelumnya akur dan
akrab ) tiba-tiba karena sesuatu persoalan tertentu menjadi renggang dan
berkonflik. Prinsip confidential yang sepakat dijunjung tinggi terpaksa
ditumbangkan dengan menceritakan rahasia kepada orang lain. Akhirnya
masalah-masalah pengembangan pribadi yang seharusnya terbentuk
dipesantren hancur begitu pula dengan persoalan-persoalan sosial antara
mereka.Disinilah kemudian terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti
perkelahian, gap, kecemburuan, pencurian, dan kenakalan-kenakalan yang
lain. Bahkan banyak diantara mereka yang kemudian keluar dari lingkungan
pesantren.
Tugas pesantren tidak semata-mata membuat anak menjadi pandai, tetapi
juga untuk mengembangkan seluruh unsur pribadi sosial santri-santrinya,
berkembang potensinya, bakat minatnya yang memungkinkan mereka menjadi
manusia-manusia yang berkembang dengan baik, bahagia dan bertanggung
jawab sebagai anggota masyarakat. Memperhatikan beberapa fenomena remaja
seperti itu, maka dipandang perlu kepada para santri diberikan
pelatihan pengembangan keterampilan pribadi sosial, yang pada gilirannya
akan dapat memfasilitasi mereka untuk dapat saling membantu dalam
mencapai tujuan pendidikan, dan menghadapi berbagai problem hidup yang
dialami selama masa remaja di pesantren.
Tujuan Kegiatan
- Memberikan pemahaman kepada para remaja tentang konsep pengembangan keterampilan pribadi sosial
- Memfasilitasi para remaja untuk menguasai beberapa keterampilan pengembangan pribadi sosial
- Mendorong para remaja agar mampu membentuk, memfasilitasi dan mendampingi para remaja dalam menjalankan peran-peran mereka.
- Ada kemampuan dari santri untuk saling membentuk, memfasilitasi dan kemampuan saling mendampingi para santri agar berjalan sesuai dengan peran-peran mereka sebagai santri.
Manfaat Kegiatan
Pemahaman tentang pada remakja tntang konsep pengembangan keterampilan pribadi sosial
- Pemahaman terhadap perilaku remaja sesuai dengan perkembangan psikologis mereka beserta kemungkinan-kemungkinan problem-problem pribadi sosial.
- Pemahaman tentang beberapa keterampilan pengembangan pribadi sosial bagi remaja
1. Hakikat Keterampilan Pribadi Sosial
Hubungan intrapersonal dan interpersonal merupakan dua variabel yang
tidak dapat dipisahkan dalam perilaku individu, bahkan memiliki
kedudukan yang sangat penting bagi kesuksesan hidup individu.
Dewasa ini kedua variabel tersebut direpresentasikan oleh suatu konsep
yang sangat popular, yaitu Emotional Intelligence (Coleman, 1996), yang
menyatakan bahwa emotional intelligence is the single most important
factor for personal adjustment, success in relationship, and in job
performance. Dengan demikian intelegensi emosional, tidak hanya
menyangkut persoalan yang terkait dengan aspek intrapersonal (pribadi)
melainkan juga aspek interpersonal (sosial). Keduanya saling
bersinggungan secara fungsional dalam wujud perilaku individu
sehari-hari. Walaupun sebenarnya secara konseptual dan konstruk keduanya
tidak sepenuhnya sama.
Tugas-tugas perkembangan pribadi sosial yang ingin dicapai melalui proses bantuan bimbingan dan konseling antara lain:
- Memiliki kesadaran diri
- Mengembangkan sikap positif
- Membuat pilihan secara sehat
- Menghargai orang lain
- Memiliki rasa tanggung jawab
- Mengembangkan keterampilan hubungan interpersonal
- Menyelesaikan konflik.
Upaya bimbingan konseling pribadi sosial yang dilakukan adalah
memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan dirinya melalui
pemahaman dan pengembangan seluruh potensi diri serta
keterampilan-keterampilan pribadi sosial yang dimiliki, sehingga
individu memperoleh keselarasan dalam menjalani hidup baik dalam dimensi
pribadi (intrapersonal) maupun antar pribadi (interpersonal).
Pada hakekatnya keterampilan pribadi sosial banyak dirumuskan secara
berbeda, intrapersonal dan interpersonal (Gardner, 1993),
self-knowledge dan interpersonal skills (Gysbers, 1975), dan atau
personal and social skills (Myrick, 1993). Ketiga rumusan tersebut pada
hakekatnya memiliki maksud dan pengertian yang relatif sama, yaitu
menggambarkan antara keterampilan pribadi yang terkait dengan orang lain
atau lingkungannya yang didasari dengan adanya komitmen transcendetal,
yaitu dengan pencipta-NYA. Kedua relasi intra dan inter pribadi
merupakan suatu kesatuan yang secara fungsional sulit dipisahkan,
sehingga kedua kecakapan dipandang lebih fungsional dan bermakna,
manakala disatukan.
2. Definisi Keterampilan Pribadi Sosial
Secara konseptual yang dimaksud dengan ketrampilan adalah merujuk kepada
lingkup kemampuan melakukan suatu kegiatan atau sebagai pengetahuan dan
urutan pilihan yang diperlukan dalam melakukan suatu kegiatan.
Esensinya adalah kecakapan membuat dan melaksanakan urutan pilihan
dalam upaya mencapai tujuan.
Apabila dipandang secara operasional ketrampilan adalah pandangan atau
pemikiran seseorang dalam hal pemilikan kekuatan atau kelemahan
ketrampilan atau gabungannya. Kriteria baik tidaknya pilihan tersebut
terletak pada memperkuat atau tidaknya pilihan tersebut pada kehidupan
psikologis.
Bimbingan dimaksudkan untuk membantu individu membuat keputusan dan
memecahkan masalah. Berkenaan dengan pemecahan masalah, masalah individu
ada yang bersifat pribadi dan social. Atas alasan inilah perlunya
diberikan bimbingan pribadi social.
Selanjutnya dapat dirumuskan konsep bimbingan pribadi social. Depdikbud,
(1994;4) menyatakan bahwa bimbingan pribadi social merupakan bimbingan
yang diberikan oleh petugas bimbingan kepada individu agar dapat
mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi
yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri (adaptasi) dengan
lingkungan secara baik.
Menurut Surya (1988: 47) bimbingan pribadi social merupakan bimbingan
dalam menghadapai dan memecahkan masalah-masalah pribadi social seperti
masalah pergaulan, penyelesaian konflik, penyesuaian diri dan
sebagainya.
Menurut Winkel (1991: 124) bimbingan pribadi sosial merupakan proses
bantuan yang menyangkut keadaan batinnya sendiri, kejasminian sendiri,
dan menyangkut hubungan dengan orang lain.
Relevan dengan konsep-konsep diatas, Djumhur dan Surya menyatakan
bimbingan pribadi (personal guidance) merupakan bimbingan untuk membantu
individu mengatasi masalah yang bersifat pribadi, sedangkan bimbingan
sosial (social guidance) merupakan bimbingan yang bertujuan untuk
membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam masalah social, sehingga individu dapat menyesuaikan diri secara
baik dan wajar dalam lingkungan sosialnya.
Berdasarkan konsep-konsep dan pemahaman di atas maka istilah
Keterampilan Pribadi menurut SP Sukartini (2005 : 302-305) merupakan
hal-hal yang menyangkut (5-R):
- RESPONSIFITAS: kesadaran eksistensial, kesadaran akan perasaan-perasaan, kesadaran akan motivasi-dalam (inner-motivation), dan sensitivitas terhadap kecemasan dan rasa bersalah.
- REALISTIS: menunjuk kepada keterampilan berpikir
- RELASIONAL: keterampilan memulai suatu tindakan, membahas, membuka diri, mendengarkan, menunjukkan kepedulian, kerjasama, membanding-kan dan mengelola kemarahan dan konflik.
- RAJIN-PRODUKTIF: pengenalan minat-minat, keterampilan bekerja, keterampilan belajar, keterampilan menggunakan waktu senggang,
- RELIGI-MORAL-ETIKA: sikap dan perilaku moral-etis dan norma-norma agama.
Sedangkan Ketrampilan Sosial adalah berkaitan dengan:
Empati;
- penuh pengertian
- tenggang rasa
- kepedulian pada sesame
Afiliasi dan resolusi konflik;
- komunikasi dua arah/ hubungan antar pribadi
- kerjasama
- penyelesaian konflik
Mengembangkan kebiasaan positif;
- tata krama/kesopanan
- kemandirian
- tanggung jawab social
Berdasarkan berbagai rujukan tersebut di atas maka keterampilan pribadi
social berkenaan dengan penelitian ini, santri yang memiliki
keterampilan pribadi social ditandai sebagai keterampilan yang berkenaan
dengan pemerolehan kesadaran diri dan kolektif, harga diri (self
esteem), memiliki kesadaran nilai sehingga dapat hidup mandiri dan
bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan, keterampilan hubungan
interpersonal, berkomunikasi, menghargai perbedaan dan bekerja sama, dan
kemampuan resolusi konflik
3. Tinjauan tentang remaja
Pengertian remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak yang
mengalami masa perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa
dewasa. Menurut Singgih D Gunarsa (1985: 203) bahwa ada beberapa
kesulitan menentukan batas usia remaja di Indonesia, namun akhirnya
menetapkan bahwa usia kira-kira 12-22 tahun. Menurut Andi Mappiare
(1982: 25 ) rentang usia remaja antara 13-12 tahun dibagi pula dalam
masa remaja awal usia 13 sampai 14sampai 17 dan remaja akhir 17 sampai
21 tahun.
Dari pendapat ini maka remaja adalah merupakan masa peralihan dari
kanak-kanak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua fungsi dan
berlangsung dalam batasan usia 13 sampai 21 tahun baik pada laki-laki
atau perempuan.
Tugas perkekembangan remaja
Tugas perkembangan remaja pada umumnya sebagai berikut :
- Menerima keadaan jasmani
- Memperoleh hubungan baru yang lelbih matang dengan teman sebaya antara dua jenis kelamin
- Menerima keadaan sesuai jenis kelamin
- Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua
- Memperoleh kesanggupan berdiri sendiri
- Mendapatkan perangakat nilai-nilai hidup dan falsafah hidup
Tugas perkembangan menurut Havigurst dalam Andi Mappiare (1982:99) :
- Menerima keadaan fisiknya dan menrima perannya sebagai pria atau wanita
- Menjalin hubungan baru dengan teman sebaya, lawan jenis maupun sejenisnya
- Memperoleh kebebasan secara emosional
- Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan mengurus ekonomi
- Memilih dan mempersiapkan diri kearah ppekerjaan atau jabatan
- Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual
- Menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat
- Mempersiapkan diri pernikahan dan hidup keluarga
Dari beberapa tugas perkembangan remaja, maka dapat disimpulkan tugas
remaja disini menyangkut pandangan pribadi dan sosial, disisi lain
menyangkut kelompok bahkan masyarakat yang kemudian terjadi
variasi-variasi perkembangan yang diinginkan masyarakat.
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Pesantren yang ada di beberapa daerah kebanyakan pada usia-usia remaja,
dimana pada usia ini mereka mengalami gejolak emosi dan krisis
identitas, sehingga sangat membutuhkan arahan dan bimbimbingan. Dalam
permasalahan tersebut nampaknya dibutuhkan pembimbing yang mempunyai
peran besar dalam memberikan layanan bimbingan pribadi sosial untuk
membantu mengembangkan potensi pribadinya.Hal ini diperlukan agar para
remaja (santri) di pondok dapat terbenrtuk ke arah yang positif sehingga
dalam perkembangan selanjutnya dapat menyesuaikan diri serta dapat
meningkat potensi pribadinya.
METODE KEGIATAN
Metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat adalah :
a. Curah pendapat.
Metode ini berfungsi untuk :
1. Membangun Hubungan
Sasaran pertama dalam langkah ini adalah supaya peserta dapat
menjelaskan masalahnya, keprihatinan yang dimilikinya, distress serta
alasan untuk mau mengikuti pelatihan. Hubungan terapeutis dibangun pada
langkah ini. Sangat perlu untuk membangun hubungan yang positif,
berlandaskan rasa percaya, keterbukaan dan kejujuran berekpresi.
Konselor menunjukkan bahwa dirinya dapat dipercaya dan kompeten, bahwa
dia adalah seorang yang kompeten untuk membantu kliennya. Banyak peserta
yang tahu benar apa yang ingin dicapainya, tetapi ada yang tidak tahu
dengan jelas apa yang dikehendakinya.
Sasaran kedua adalah untuk menentukan sejauhmana klien mengenali
kebutuhannya untuk mendapatkan bantuan dan kesediaanya melakukan
komitmen. Sebab konseling tidak akan berhasil tanpa kesediaan dan
komitmen dari klien
Identifikasi dan Penilaian Masalah
Yang utama di sini aadalah menampung apa yang ingin diharapkan dan
dapatkan dari proses koneling ini, terutama bila pengungkapan klien
tentang masalahnya dilakukan samar-samar. Hal ini juga untuk
menghindarkan kemungkinan adanya harapan dan sasaran yang tidak
realistik. Jadi sasaran utamanya adalah ” diagnosis ” apa masalahnya dan
hasil seperti apa yang diharapkan dari proses pelatihan. Hal lain yang
perlu dipertimbangkan adalah struktur konseling, bagaimana kelanjutan
proses ini, ” kontrak ” apa, komitmen apa.
b. Ceramah dan Diskusi.
Pada diskusi bentuk bantuan yang diberikan adalah membentuk program
fasilitator teman sebaya. Remaja sangat menghargai bantuan dari teman
sebaya dan membentuk kelompok teman sebaya yang dapat memberikan bantuan
secara positif. Dari hasil diskusi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
- Membentuk kelompok fasilitator teman sebaya dengan memberikan latihan-latihan kepada mereka, sudah bersifat terapeutik
- Mempunyai dampak positif pada program konseling secara keseluruhan. Melalui kelompok-kelompok ini, konselor dapat menjangkau lebih banyak.
- Memberi model positif sehingga lingkungan juga menjadi positif untuk semua anggota
- d) Remaja mungkin akan merasa lebih nyaman mengatakan adanya kebutuhan pertolongan ini kepada teman sebaya.
- Remaja yang tergolong di dalam kelompok fasilitator ini dapat merujuk teman sebayanya kepada konselor. Dorongan dari teman sebaya untuk bertemu dengan konselor memberi aura kepada konselor sebagai orang yang dapat dipoercaya.
c. Pelatihan.
Menurut Baruth dan Robinson III (1987), salah satu bentuk konseling yang
sering digunakan untuk anak usia sekolah adalah konseling bermain. Cara
ini didasarkan fakta bahwa bermain merupakan cara yang natural bagi
anak untuk mengekspresikan diri. Jadi melalui bermain anak memperoleh
kesempatan untuk play out perasaan-perasaan dan masalahnya. Cara lain
menurut Baruth adalah dengan pelaltihan friendship group. Tujuan dari
pembentukan kelompok ini adalah untuk menjajaki hubungan teman sebaya
(peer) yang positif.
Pada dasarnya melalui kelompok ini anak belajar mengenai arti
persahabatan serta aturan-aturan penting dalam hubungan persahabatan.
Mereka diminta untuk mengobservasi teman kelompoknya, bermain peran,
berdiskusi mengenai minat dan kelebihan masing-masing dan kemudian
ditutup dengan pengungkapan kesan-kesan dari pertemuan mereka dalam
pertemuam akhir.
Pada pelatiihan ini ditampilkan beberapa permainan, guna peningkatan
keterampilan pribadi sosial. Dalam setiap game ada beberapa hal yang
diperhatikan, antara lain :
- Nama game :
- Rasional :
- Tujuan :
- Subyek :
- Obyek :
- Fasilitator :
- Sumber yang terlibat:
- Alat :
- Skenario :
Faktor Pendukung dan Penghambat
Pendukung
- Peserta ( santri ) memiliki motivasi yang baik untuk mengikuti pelatihan dan menerapkan dalam kegiatan sehari-hari di pondok.
- Pihak yaysan dalam hal ini Yayasan Wakhid Hasyim sangat memberikan dukungan
- Adanya keinginan kerjasama dan permohonan secara lisan agar di yayasan diberi kesempatan mahasiswa untuk PPL-KKN
Penghambat
- Penentuan waktu pelatihan sangat sulit, mengingat pada bulan Ramadhan libur santrinya lebih awal dibanding sekolah
- Masih adanya sebagian santri yang tidak mengikuti sampai akhir pelatihan
Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM dan Pembahasan
Keberhasilan kegiatan pelatihan ini dilihat melalui dua aspek yaitu
proses dan hasil. Keberhasilan proses pelatihan diindikasikan oleh
kesungguhan atau antusiasme peserta mengikuti pelatihan, kesesuaian
proses dengan rancangan kegiatan, serta rasa nyaman dan rasa butuh
peserta dalam mengikuti pelatihan. Keberhasilan proses diukur melalui
observasi. Hasil kegiatan akan dilihat dari penguasaan peserta terhadap
konsep dasar keterampilan pengembangan pribadi dan sosial. Keberhasilan
ini akan dievaluasi melalui tes dan observasi selama proses simulasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar