PANDANGAN FILSAFAT ESENSIALISME TERHADAP PENDIDIKAN
Abstrak
Dalam kehidupan ini manusia diwarnai
oleh aktivitapendidikan, baik pendidikan formal, non
formal, informal ataupun incidental.
Pendidikan dipandang memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,
sebab dengan pendidikan inilah manusia senantiasbawa bergerak dinamis menuju
kehidupan yang lebih maju. Pendidikan juga salah satu media penyampaian ilmu
pengetahuan, pembentuk sikap, dan mental untuk mengarahkan hidup manusia yang
lebih baik.
Dalam kehdupan yang sekarang ini tidak
dapat sangkal lagi arus globaslisasi membawa begrbagai pengaruh, baik yang sifatnya
pofitif mapun negatif. Maka dalam menghdapi hal yang demikian perlu adanya
protek agar manusia tidak terbawa dalam arus globalisasi yang membawa pengaruh
negative. Dalam hal ini ²filsafat pendidikan ³esensialisme yang merupakan salah
satu gerakan filsafat pada bidang pendidikan memandang bahwa manusia perlu kembali kepada nilai-nilai yang yang
telah teruji kebaikannya dari waktu ke waktu. Maka dengan penanaman nilai-nilai
budaya ini diharapkan dapat menjadi pengangan bagi masyarakanya dalam menghadapi
pengaruh-pengaruh dari luar yang
sifatnya negatif.
Filsafat esensnsialisme mempunyai
prinsip dalam pendidikan yaitu tugas pendidikan dalah menagajarkan hal-hal yang
mendasar. Belajar adalah kerja keras dan disipilin sebahai puapay membentuk
manusia yang berkualitas. Serta pendidik menjadi pusat belajar ( Dwi Siswoyo
dkk). Sebab peserta didik dianggap belum mampu mengientifikasikan kebutuhannnya
sendiri maka perlu ada peranan pendidik untuk membantu peserta didik belajar.
Kata
Kunci: 1. Pendidikan 2. Filsafat 3. Esensialisme
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini
manusia diwarnai oleh aktivitas pendidikan, baik pendidikan formal, non formal,
informal ataupun incidental.
Pendidikan dipandang memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,
sebab dengan pendidikan inilah manusia senantiasa bergerak dinamis menuju
kehidupan yang lebih maju. Pendidikan juga salah satu media penyampaian ilmu
pengetahuan, pembentuk sikap, dan mental untuk mengarahkan hidup manusia yang
lebih baik. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, akhlak mulia
kepribadian, kecerdasan,, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara (UU no 20 Tahun 2003). Dari pengertian tersebut
dapat diketahui bahwa pendidikan memiliki peranan yang mendasar dalam membentuk
dan mengarah manusia menjadi baik, kemudian disusul dengan kompetensi-kompetensi
lainnya seperti kecerdasan, ketarampilan dan lainnya.
Dalam kehidupan yang
modern ini tidak dapat disangkal bahwa arus globalisasi sangat kuat karena
akses yang begitu mudah jika dibandingkan pada zaman-zaman sebelum ini. tentu
globalisasi ini membawa berbagai pengaruh yang positif atau pengaruh yang
negative. Tentu dalam hal ini perlu ditanggapi dengan ketenangan hati dan
kesungguhan yang kuat. Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam
menghadapi tantangan globalisasi ini, namun pendidikan di Indonesia ini malah
banyak dipengaruhi oleh luar. Tentu dalam pandangan penulis hal ini tidak
menjadi masalah, yang menjadi masalah jika pendidikan tidak mempunyai filter
dalam menerapkan nilai-nilai dari luar. Namun, apakah pendidikan di Inodensia
ini benar-benar memiliki filter yang baik untuk memilah-milah nilai yang baik.
Jika melihat dari landasan pendidikan Indonesia, pendidikan di Indoensia
memiliki landasan yaitu Pancasila. Lalu jika melihat pada proses perencanaan,
perumusan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan apakah pendidikan di
indonesia menggunakan benar-benar menggunkan Pancasila sebagai dasar dari
proses pendidikan tersebut. Tentu landasan pendidikan Indonesia secara konsep
ini sangat baik, bahkan ketika Soekarno berpidato tentang Pancasila di luar
negeri, Pancasila mendapat banyak pujian dari negara-negara lain. Memang
pengaruh globalisasi ini sangat kuat, maka perlulah pendidikan dibangun dengan
nilai-nilai yang kukuh, tetap, stabil (Muhmidayeli, 2011: 167). Tergesernya
nilai-nilai yang lama merupakan akibat dari pandangan mengenai prinsip
pendidikan yang fleksibel, terbuka untuk segala perubahan, toleran serta tidak
memiliki pegangan yang kukuh dalam menghadapi arus perubahan yang kuat termasuk
globalisasi. Maka perlulah mempertahankan nilai-nilai yang lama, sebab tidak
semua nilai-nilai yang lama harus ditinggalkan kerana tentu ada nilai-nilai
lama yang perlu diperhankan sebagai pegangan hidup yang kuat.
Dalam
menaganggapi paragraf sebelumnya, pembahasan paragraph tersebut mengarah pada
bagaimana pendidikan dapat memperthan nilai-nilai yang lama sebagai protek
dalam pendidikan itu sendiri yang nantinya dapat berpengaruh dalam hidup
orang-orang yang terlibat dalam pendidikan khususnya bagi para peserta
didikanya. Maka hal sesuai dengan pandangan filsafat pendidkan yang beraliran
esensialiasme, aliran esensialiasme memiliki pandangan pendidikan, menurut
aliran ini pendidikan hendaknya memiliki nilai-nilai yang kukuh, tetap, dan
stabil. Lebih jelasnya lagi aliran filsafat pendidikan esensialisme akan
dikupas pada pembahasan.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat dan Filsafat Pendidikan
Sebelum
megkaji tentang alirang filsafat pendidikan esensialisme alangkah baiknya
mengetahui defennisi filsafat dan filsafat pendidikan. Kata filsafat berasal
dari bahasa Yunani yaitu philosophia
yang terdiri dari kata philos yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi philosophia yaitu “Cinta kebijaksanaan” (Jalaluddin dan
Abdullah Idi, 2011: 1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian
filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan. Muhmidayeli (2011: 1) mengemukakan
bahwa pengertian filsafat yaitu cinta akan kebenaran atau kebijaksanaan yang
ditunjukan pada upaya yang hati-hati dan serius yang dilakukan seseorang
melalui tatacara yang dapat dipertanggungjawabkan dalam menggunakan daya pikir
kritisnya.
Kemudian
untuk mengetahui defenisi/pengetian filsafat pendidikan maka harus diketahui
terlebih dahulu pengertian pendidikan. Menurut G. Tery Page, dkk dalam (Dwi
Siswoyo dkk, 2011: 54) pendidikan adalah proses pengembangan kemampuan dan
perilaku manusia secara keseluruhan, kemudian menurut UU No 20 Tahun 2003
mendefenisikan bahwa pendidikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, akhlak mulia
kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Maka dari definisi filsafat dan pendidikan di
atas dapat ditarik mengenai definisi filsafat pendidikan, filsafat pendidikan
sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah, norma-norma, atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya (Jalaluddin dan Abdullah
Idi, 2011: 9).
Setalah
mengetahui pengertian filsafat pendidikan maka barulah membahas mengenai
pengertian filsafat pendidikan esensialisme. Filsafat esensialisme merupakan
perpaduan arntara filsafat idealisme dan filsafat realism(Muhmidayeli, 2011:
166). walaupun filsafat esensialime merupakan perpaduan dari kedua aliran
filsafat tesebut bukan berarti kedua aliran itu melebur menjadi satu. Artinya
filsafat essensialisme tidak mengambil mengambil kedua pemikiran filsafat
tesebut secara mentah-mentah, yang diambil adalah pokok pikiran yang mengagas
mengenai pendidikan.
B.
Pemikiran
Esensialisme dalam Pendidikan
Menurut
aliran essensialisme, dalam Redja
Mudyaharjo (2010: 160) mengemukakan bahwa “Nilai-nilai yang terpandang sebagai warisan budaya/sosial terbentuk
secara berangsur-angsur melalui kerja keras dan bersusah payah selama
beratus-ratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita dalam
keluhuran waktu” Artinya liran ini memandang mengenai nilai-nilai yang luhur
yang merupakan warisan dari budaya terdahulu, serta nilai-nilai tersebut harus
dipertahankan sebab telah teruji keluhuran/kebai niliakannya. Memang dalam
kehidupan nilai-nilai warisan budaya terdahulu tidak serta merta dihapus semua
karena sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman saat ini, namun ada
nilai-nilai dari warisan budaya yang harus dipertahankan sebab hal itu juga
termasuk kebanggaan dalam masyarakat
tersebut dan menjadi identitas bagi suatu masyarakat, bahka menjadi suatu kearifan
lokal. Hal tersebit didukung oleh alirabn filsafat pendidikan essensialisme
yang beranggapan bahwa manusia perlu kembali kepada kebudayaan lama, hal ini
karena kebudayaan lama itu telah banyak membuktikan kebaikan-kebaikannya untuk
manusia (Muhmidayeli, 2011: 167), jadi filsafatpendidikan esensialisme ini
menekankan bahwa pendidikan perlu dibangun dengan nilai-nilai yang kukuh, tetap
dan stabil. Dengan hal ini arus globalisasi yang kuat diharapkan manusia
indoenesia tidak kehilangan jati dirinya sebagai manusia Indonesia yang
benar-benar mencintai budayanya.
C.
Landasan
Filosofis Esensialisme
Aliran
ini mamandang bahwa manusia selalu bergerak dan berkembang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan hukum natural yang bersifat universal. Hukum universalah
yang mengatur keseleruhan makrokosmos yang meliputi benda-benda, energi, ruang
dan waktu bahkan pikiran manusia (Muhmidayeli, 2011: 168). Artinya manusia
diapandang baik jika mematuhi nilai-nilai/ hukum tersebut. pemikian tersebut
dipengaruhi oleh filsafat idealism. Kemudian esensialisme yang juga memandang
bahwa manusia memperoleh ilmu
pengetahuan karena menggunakan pancaindranya dalam menanggapi realitas yang
ada. Manusia menggunakan pancaindranya dalam memperoleh pemahaman pada keadaan lingkungannya,
atau berinteraksi dengan lingkungan sehingga terbangun pemahamannya mengenai
lingkungan sekitarnya. Dengan pemahannya tersebut manusia dapat membangun
pengentahuan-pengetahuan sehingga timbul ide baru untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkuangannya. Jadi aliran essensialisme I berpendapat bahwa sumber
pengetahuan terletak pada kesedaran jiwa terhadap alam semest dan menggunakan
kemampuan indrawinya dalam memahami lingkungan serta mengolah
informasi-informasi yang didapat melalui kemampuan Indrawinya.
Aliran
ini juga memandang menganai hakikat manusia tentang makna pendidikan, yaitu
anak/pesertadidik harus mengugunakan kebebasannya, dan ia memrlukan disiplin
orang dewasa/pendidik untuk membantu dirinya dalam sebelum dirinya dapat
mendisiplinkan dirinya (Redja Mudyahardjo, 2010: 162). Artinya seorang peserta
didik membutuh bantuan dari pendidik agar hidupnya lebih terarah dan teratur, sebab peserta didikjuga termasuk
mahluk sosial, dan semau manusia pada hakekatnya adalah mahluk sosial yang
membutuhkan bantuan orang lain. Maka dalam hal ini diperlukan pendidik yang
berkompetensi dalam hal tersebut agar anak didiknya benar-benar mampu
mengoptimalkan potensi dirinya dan mengarah dirinya ke tatanan hidup yang baik.
Kemudian
dalam (Redja Mudyahardjo, 2010: 162)
generasi muda perlu belajar untuk mengembangkan dirinnya
setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosial. Generasi muda meruapakan pewaris
generasi sebelumunya, nasib suatu pradaban juga terlatak pada kualitas diri
generasi mudanya, maka generasi muda memang harus mengoptimalkan potensi
dirinya, tentu mengoptimalkan/mengembangkan disini dalam arti positif.
Mnegembangkan tidak hanya bersifat intelektual belaka, namun juga melibatkan
sikap mental. jadi jika manusia dapat mengelola pikirannya, mental dan sikapnya
ke arah yang lebih baik sehingga hidupnya menjadi bermakna dan tenteram maka
manusia tersebut dianggap sejahtera. Menurut apa yang dipelajari oleh penulis,
makna kesejahteraan sosial tidak dikur oleh kekayaan tatepai penulis memandang
kesejahteraan itu dikukur apa bila manusia dapat mengeloa jiwa dan akalnya
dengan baik sesuai dengan nilai-nilai luhur yang diyakinanya. Sebab belum tentu
orang yang berharta memilki ketenangan hati.
D.
Pandangan
Esensialisme Terhadap Pendidikan.
Bagi
penganut Esensialisme pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan. Mereka percaya bahwa
pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak
awal peradaban umat manusia. Sebab kebudayaan tersebut telah teuji dalam segala
zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan adalah esensial yang mempu mengemban
hari, kini dan masa depan umat manusia.
1.
Tujuan
pendidikan
Pendidikan bertujuan
menyampaikan kebudayaan dan sejarah melalui inti pengatahuan yang
telah tehimpun dan bertahan sepanjang waku dan dengan demikian berharga untuk
semua orang. Jadi yang dimaksud disini adalah nilai-nilai budaya pilihan yang
telah teruji dari waktu ke waktu (Redja Mudyahardjo,
2010: 163). Dengan demkian arah dan tujuan pendidikan menjadi lebih jelas. Sebab
aliran ini merupakan suatu kritik terhadap aliran progresivisme yang memandang
pendidikan yang fleksibel, sehingga bisa saja tidak memilki pondasi yang
kua/kukuh serta arah pendidikan yang belum jelas. Kemudian tujuan pendidikan
menurut aliran esensialisme dikuti oleh keterampilan, sikap, nilai-nilai yang
tepat agar mebentuk unsur pendidikan yang tepat. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, bahwa nilai-nilai yang diterapkan berupa nilai-nilai pilihan yang
telah teruji kebaikanny.a dari waktu-ke waktu.
2.
Metode
Pendidikan
Pendidikan berpusat pada pendidik (Redja
Mudyahardjo, 2010: 163), dalam
hal ini sebenarnya lebih cocok/tepat pada pedagogik, tidak semua pendidikan
yang terencana cocok menerapkan konsep pendidikan yang terpusat pada guru.
Dalam konsep andragogik pesertadidik dianggap sebagai pusat belajar. Dalam
aliran ini memandang bahwa peserta didik belum mampu mengeditenfkasikan
kebutuhannnya sendiri maka dalam belajar peserta didik harus dituntun dan
diarahkan secara tegas. Kemudian metode utamanya adalah latihan mental,
misalnya pesertadidik diasah dengan diberikan tugas, diskusi, penguasaan materi
(Redja
Mudyahardjo, 2010: 163). Dengan ini peserta didik daharapkan dapat mengumpulkan
ilmunya dan mengkontruksi ilmunya sehingga terbentuk suatu gagasan-gagasan
untuk bertahan serta mneyesuaikan diri di lingkungannya.
3.
Kurikulum
Kurikulum di sekolah dasar harus berntikan pada tiga kemampuan
dasar (membaca, menulis, dan berhitung). Aliran ini menghendaki agar proses
pendidikan berjalan efektif dengan memberikan pelajaran yang pokok (Dwi Siswoyo
dkk, 2011: 11-12). Memberikan pelajaran
yang pokok-pokok maksudnya pelajaran yang diberikan sesuai dengan perkembangan
Ilmu dan peradaban yang ada. Kemudian Redja Mudyaharjo dan Waini Rasyidin dalam
(Dwi Siswoyo dkk, 2011: 12) mengemukakan bahwa aliran esensialisme menerapkan
evaluasi dengan pendekatan penilaian acuan (PAP) dan menganut belajar tuntas.
Belajar disini ditergetkan untuk
mencapai standar yang tinggi .
4.
Peserta
didik
Peserta didik adalah mahluk rasional dalam penguasaan fakta dan
keterampilan-keterampilan pokok yang siap siaga melakukan latihan-latihan
intelektif (Redja Mudyahardjo, 2010: 164). Peserta didik disini
merupakan objek dari pendidikan sifatnya menerima apa yang diajar oleh
pendidik, sebab peserta didik dianggap belum mampu mengidentifikasikan dirinya.
5.
Pendidik
Peranan Pendidik kuat dalam mempengaruhi dan mengewasi kegiatan-kegiatan
peserta didik dalam proses belajar (Redja Mudyahardjo,
2010: 164). Pendidik berperan sebagai mediator antara dunia masyarakat atau
orang dewasa dengan dunia anak. Maka pendidik harus disiapkan agar mampu
melaksanakan perannya sebagai
pengarah proses belajar. Adapun secara
moral guru haruslah orang berakhlak baik yang dapat dipercaya, sebab pendidik
merupakan contoh dalam pengawalan nilai-nilai (Redja
Mudyahardjo). Dengan demikian inisiatif
dalam pendidikan ditekankan
pada guru, bukan
pada peserta didik.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pendidikan
mempunyai peran yang besar dalam kehidupan manusia.
2.
Pendidikan merupakan salah satu media
untuk mempertahankan nilai-nilai dalam
budaya yang telah terpilih dan teruji kebaikan dari waktu ke waktu yang melalui
proses kerja keras dan payah. Maka warisan budaya pilihan itu harus
dipertahankan yang dapat berfungsi sebagai identitas, protek dalam arus
globalisasi yang kuat.
3.
Hal tersebut senada dengan alilran filsafat
pendidikan esensialisme yang merupakan salah satu dari filsafsat yang bergerak
di Pendidikan. inti dari aliran esensialis yaitu menggunakakan nilai-nilai
budaya pilihan sebagai dasar pendidikan yang kukuh, tetap dan stabil, dengan
demikian pendidikan mempunyai arah yang jelas. Prisnsip aliran ini dalam
pendidikan yaitu memandang bahwa
sekolah/pendidikan bertugas untuk mengajarkan ilmu pengetahuan dasar,
kemudian belaajar dipandang sebagai kerja keras dan disiplin serta pendidikan
berpusat pada pendidik.
DAFTAR
PUSTAKA
Jalaludin,
dan Abdullah Idi. 2011. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Mudyaharjo,
Redja. 2010. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan
pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Muhmidayeli.
2011. Filsafat Pendidikan. Bandung:
PT Rafika Aditama
Siswoyo,
Dwi, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Undang-Undang Republik Indonesia Nomosr 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar