Senin, 09 Januari 2017

PANDANGAN FILSAFAT ESENSIALISME TERHADAP PENDIDIKAN

Abstrak
Dalam kehidupan ini manusia diwarnai oleh aktivitapendidikan, baik pendidikan formal, non formal, informal ataupun incidental. Pendidikan dipandang memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab dengan pendidikan inilah manusia senantiasbawa bergerak dinamis menuju kehidupan yang lebih maju. Pendidikan juga salah satu media penyampaian ilmu pengetahuan, pembentuk sikap, dan mental untuk mengarahkan hidup manusia yang lebih baik.
Dalam kehdupan yang sekarang ini tidak dapat sangkal lagi arus globaslisasi membawa begrbagai pengaruh, baik yang sifatnya pofitif mapun negatif. Maka dalam menghdapi hal yang demikian perlu adanya protek agar manusia tidak terbawa dalam arus globalisasi yang membawa pengaruh negative. Dalam hal ini ²filsafat pendidikan ³esensialisme yang merupakan salah satu gerakan filsafat pada bidang pendidikan memandang bahwa manusia  perlu kembali kepada nilai-nilai yang yang telah teruji kebaikannya dari waktu ke waktu. Maka dengan penanaman nilai-nilai budaya ini diharapkan dapat menjadi pengangan bagi masyarakanya dalam menghadapi pengaruh-pengaruh dari luar yang  sifatnya negatif.
Filsafat esensnsialisme mempunyai prinsip dalam pendidikan yaitu tugas pendidikan dalah menagajarkan hal-hal yang mendasar. Belajar adalah kerja keras dan disipilin sebahai puapay membentuk manusia yang berkualitas. Serta pendidik menjadi pusat belajar ( Dwi Siswoyo dkk). Sebab peserta didik dianggap belum mampu mengientifikasikan kebutuhannnya sendiri maka perlu ada peranan pendidik untuk membantu peserta didik belajar.
Kata Kunci: 1. Pendidikan 2. Filsafat 3. Esensialisme
 
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini manusia diwarnai oleh aktivitas pendidikan, baik pendidikan formal, non formal, informal ataupun incidental. Pendidikan dipandang memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab dengan pendidikan inilah manusia senantiasa bergerak dinamis menuju kehidupan yang lebih maju. Pendidikan juga salah satu media penyampaian ilmu pengetahuan, pembentuk sikap, dan mental untuk mengarahkan hidup manusia yang lebih baik. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual  keagamaan, pengendalian diri, akhlak mulia kepribadian, kecerdasan,, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU no 20 Tahun 2003). Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan memiliki peranan yang mendasar dalam membentuk dan mengarah manusia menjadi baik, kemudian disusul dengan kompetensi-kompetensi lainnya seperti kecerdasan, ketarampilan dan lainnya.
Dalam kehidupan yang modern ini tidak dapat disangkal bahwa arus globalisasi sangat kuat karena akses yang begitu mudah jika dibandingkan pada zaman-zaman sebelum ini. tentu globalisasi ini membawa berbagai pengaruh yang positif atau pengaruh yang negative. Tentu dalam hal ini perlu ditanggapi dengan ketenangan hati dan kesungguhan yang kuat. Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam menghadapi tantangan globalisasi ini, namun pendidikan di Indonesia ini malah banyak dipengaruhi oleh luar. Tentu dalam pandangan penulis hal ini tidak menjadi masalah, yang menjadi masalah jika pendidikan tidak mempunyai filter dalam menerapkan nilai-nilai dari luar. Namun, apakah pendidikan di Inodensia ini benar-benar memiliki filter yang baik untuk memilah-milah nilai yang baik. Jika melihat dari landasan pendidikan Indonesia, pendidikan di Indoensia memiliki landasan yaitu Pancasila. Lalu jika melihat pada proses perencanaan, perumusan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan apakah pendidikan di indonesia menggunakan benar-benar menggunkan Pancasila sebagai dasar dari proses pendidikan tersebut. Tentu landasan pendidikan Indonesia secara konsep ini sangat baik, bahkan ketika Soekarno berpidato tentang Pancasila di luar negeri, Pancasila mendapat banyak pujian dari negara-negara lain. Memang pengaruh globalisasi ini sangat kuat, maka perlulah pendidikan dibangun dengan nilai-nilai yang kukuh, tetap, stabil (Muhmidayeli, 2011: 167). Tergesernya nilai-nilai yang lama merupakan akibat dari pandangan mengenai prinsip pendidikan yang fleksibel, terbuka untuk segala perubahan, toleran serta tidak memiliki pegangan yang kukuh dalam menghadapi arus perubahan yang kuat termasuk globalisasi. Maka perlulah mempertahankan nilai-nilai yang lama, sebab tidak semua nilai-nilai yang lama harus ditinggalkan kerana tentu ada nilai-nilai lama yang perlu diperhankan sebagai pegangan hidup yang kuat.
Dalam menaganggapi paragraf sebelumnya, pembahasan paragraph tersebut mengarah pada bagaimana pendidikan dapat memperthan nilai-nilai yang lama sebagai protek dalam pendidikan itu sendiri yang nantinya dapat berpengaruh dalam hidup orang-orang yang terlibat dalam pendidikan khususnya bagi para peserta didikanya. Maka hal sesuai dengan pandangan filsafat pendidkan yang beraliran esensialiasme, aliran esensialiasme memiliki pandangan pendidikan, menurut aliran ini pendidikan hendaknya memiliki nilai-nilai yang kukuh, tetap, dan stabil. Lebih jelasnya lagi aliran filsafat pendidikan esensialisme akan dikupas pada pembahasan.


PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat dan Filsafat Pendidikan
Sebelum megkaji tentang alirang filsafat pendidikan esensialisme alangkah baiknya mengetahui defennisi filsafat dan filsafat pendidikan. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia yang terdiri  dari kata philos yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi philosophia  yaitu “Cinta kebijaksanaan” (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2011: 1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan. Muhmidayeli (2011: 1) mengemukakan bahwa pengertian filsafat yaitu cinta akan kebenaran atau kebijaksanaan yang ditunjukan pada upaya yang hati-hati dan serius yang dilakukan seseorang melalui tatacara yang dapat dipertanggungjawabkan dalam menggunakan daya pikir kritisnya.
Kemudian untuk mengetahui defenisi/pengetian filsafat pendidikan maka harus diketahui terlebih dahulu pengertian pendidikan. Menurut G. Tery Page, dkk dalam (Dwi Siswoyo dkk, 2011: 54) pendidikan adalah proses pengembangan kemampuan dan perilaku manusia secara keseluruhan, kemudian menurut UU No 20 Tahun 2003 mendefenisikan bahwa pendidikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual  keagamaan, pengendalian diri, akhlak mulia kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Maka dari definisi filsafat dan pendidikan di atas dapat ditarik mengenai definisi filsafat pendidikan, filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma, atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2011: 9).
Setalah mengetahui pengertian filsafat pendidikan maka barulah membahas mengenai pengertian filsafat pendidikan esensialisme. Filsafat esensialisme merupakan perpaduan arntara filsafat idealisme dan filsafat realism(Muhmidayeli, 2011: 166). walaupun filsafat esensialime merupakan perpaduan dari kedua aliran filsafat tesebut bukan berarti kedua aliran itu melebur menjadi satu. Artinya filsafat essensialisme tidak mengambil mengambil kedua pemikiran filsafat tesebut secara mentah-mentah, yang diambil adalah pokok pikiran yang mengagas mengenai pendidikan.
B.     Pemikiran Esensialisme dalam Pendidikan
Menurut aliran essensialisme,  dalam Redja Mudyaharjo (2010: 160) mengemukakan bahwa “Nilai-nilai yang terpandang  sebagai warisan budaya/sosial terbentuk secara berangsur-angsur melalui kerja keras dan bersusah payah selama beratus-ratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita dalam keluhuran waktu” Artinya liran ini memandang mengenai nilai-nilai yang luhur yang merupakan warisan dari budaya terdahulu, serta nilai-nilai tersebut harus dipertahankan sebab telah teruji keluhuran/kebai niliakannya. Memang dalam kehidupan nilai-nilai warisan budaya terdahulu tidak serta merta dihapus semua karena sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman saat ini, namun ada nilai-nilai dari warisan budaya yang harus dipertahankan sebab hal itu juga termasuk kebanggaan  dalam masyarakat tersebut dan menjadi identitas bagi suatu masyarakat, bahka menjadi suatu kearifan lokal. Hal tersebit didukung oleh alirabn filsafat pendidikan essensialisme yang beranggapan bahwa manusia perlu kembali kepada kebudayaan lama, hal ini karena kebudayaan lama itu telah banyak membuktikan kebaikan-kebaikannya untuk manusia (Muhmidayeli, 2011: 167), jadi filsafatpendidikan esensialisme ini menekankan bahwa pendidikan perlu dibangun dengan nilai-nilai yang kukuh, tetap dan stabil. Dengan hal ini arus globalisasi yang kuat diharapkan manusia indoenesia tidak kehilangan jati dirinya sebagai manusia Indonesia yang benar-benar mencintai budayanya.
C.    Landasan Filosofis Esensialisme
Aliran ini mamandang bahwa manusia selalu bergerak dan berkembang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum natural yang bersifat universal. Hukum universalah yang mengatur keseleruhan makrokosmos yang meliputi benda-benda, energi, ruang dan waktu bahkan pikiran manusia (Muhmidayeli, 2011: 168). Artinya manusia diapandang baik jika mematuhi nilai-nilai/ hukum tersebut. pemikian tersebut dipengaruhi oleh filsafat idealism. Kemudian esensialisme yang juga memandang bahwa  manusia memperoleh ilmu pengetahuan karena menggunakan pancaindranya dalam menanggapi realitas yang ada. Manusia menggunakan pancaindranya dalam memperoleh pemahaman pada keadaan lingkungannya, atau berinteraksi dengan lingkungan sehingga terbangun pemahamannya mengenai lingkungan sekitarnya. Dengan pemahannya tersebut manusia dapat membangun pengentahuan-pengetahuan sehingga timbul ide baru untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkuangannya. Jadi aliran essensialisme I berpendapat bahwa sumber pengetahuan terletak pada kesedaran jiwa terhadap alam semest dan menggunakan kemampuan indrawinya dalam memahami lingkungan serta mengolah informasi-informasi yang didapat melalui kemampuan Indrawinya.
Aliran ini juga memandang menganai hakikat manusia tentang makna pendidikan, yaitu anak/pesertadidik harus mengugunakan kebebasannya, dan ia memrlukan disiplin orang dewasa/pendidik untuk membantu dirinya dalam sebelum dirinya dapat mendisiplinkan dirinya (Redja Mudyahardjo, 2010: 162). Artinya seorang peserta didik membutuh bantuan dari pendidik agar hidupnya lebih terarah dan  teratur, sebab peserta didikjuga termasuk mahluk sosial, dan semau manusia pada hakekatnya adalah mahluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain. Maka dalam hal ini diperlukan pendidik yang berkompetensi dalam hal tersebut agar anak didiknya benar-benar mampu mengoptimalkan potensi dirinya dan mengarah dirinya ke tatanan hidup yang baik.
Kemudian dalam (Redja Mudyahardjo, 2010: 162)  generasi muda perlu belajar untuk mengembangkan dirinnya setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosial. Generasi muda meruapakan pewaris generasi sebelumunya, nasib suatu pradaban juga terlatak pada kualitas diri generasi mudanya, maka generasi muda memang harus mengoptimalkan potensi dirinya, tentu mengoptimalkan/mengembangkan disini dalam arti positif. Mnegembangkan tidak hanya bersifat intelektual belaka, namun juga melibatkan sikap mental. jadi jika manusia dapat mengelola pikirannya, mental dan sikapnya ke arah yang lebih baik sehingga hidupnya menjadi bermakna dan tenteram maka manusia tersebut dianggap sejahtera. Menurut apa yang dipelajari oleh penulis, makna kesejahteraan sosial tidak dikur oleh kekayaan tatepai penulis memandang kesejahteraan itu dikukur apa bila manusia dapat mengeloa jiwa dan akalnya dengan baik sesuai dengan nilai-nilai luhur yang diyakinanya. Sebab belum tentu orang yang berharta memilki ketenangan hati.
D.    Pandangan Esensialisme Terhadap Pendidikan.
Bagi penganut Esensialisme pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan. Mereka percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Sebab kebudayaan tersebut telah teuji dalam segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan adalah esensial yang mempu mengemban hari, kini dan masa depan umat manusia.
1.      Tujuan pendidikan
Pendidikan bertujuan menyampaikan kebudayaan  dan sejarah melalui inti pengatahuan yang telah tehimpun dan bertahan sepanjang waku dan dengan demikian berharga untuk semua orang. Jadi yang dimaksud disini adalah nilai-nilai budaya pilihan yang telah teruji dari waktu ke waktu (Redja Mudyahardjo, 2010: 163). Dengan demkian arah dan tujuan pendidikan menjadi lebih jelas. Sebab aliran ini merupakan suatu kritik terhadap aliran progresivisme yang memandang pendidikan yang fleksibel, sehingga bisa saja tidak memilki pondasi yang kua/kukuh serta arah pendidikan yang belum jelas. Kemudian tujuan pendidikan menurut aliran esensialisme dikuti oleh keterampilan, sikap, nilai-nilai yang tepat agar mebentuk unsur pendidikan yang tepat. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa nilai-nilai yang diterapkan berupa nilai-nilai pilihan yang telah teruji kebaikanny.a dari waktu-ke waktu.
2.      Metode Pendidikan
Pendidikan berpusat pada pendidik (Redja Mudyahardjo, 2010: 163),  dalam hal ini sebenarnya lebih cocok/tepat pada pedagogik, tidak semua pendidikan yang terencana cocok menerapkan konsep pendidikan yang terpusat pada guru. Dalam konsep andragogik pesertadidik dianggap sebagai pusat belajar. Dalam aliran ini memandang bahwa peserta didik belum mampu mengeditenfkasikan kebutuhannnya sendiri maka dalam belajar peserta didik harus dituntun dan diarahkan secara tegas. Kemudian metode utamanya adalah latihan mental, misalnya pesertadidik diasah dengan diberikan tugas, diskusi, penguasaan materi (Redja Mudyahardjo, 2010: 163). Dengan ini peserta didik daharapkan dapat mengumpulkan ilmunya dan mengkontruksi ilmunya sehingga terbentuk suatu gagasan-gagasan untuk bertahan serta mneyesuaikan diri di lingkungannya.
3.      Kurikulum
Kurikulum di sekolah dasar harus berntikan pada tiga kemampuan dasar (membaca, menulis, dan berhitung). Aliran ini menghendaki agar proses pendidikan berjalan efektif dengan memberikan pelajaran yang pokok (Dwi Siswoyo dkk, 2011: 11-12).  Memberikan pelajaran yang pokok-pokok maksudnya pelajaran yang diberikan sesuai dengan perkembangan Ilmu dan peradaban yang ada. Kemudian Redja Mudyaharjo dan Waini Rasyidin dalam (Dwi Siswoyo dkk, 2011: 12) mengemukakan bahwa aliran esensialisme menerapkan evaluasi dengan pendekatan penilaian acuan (PAP) dan menganut belajar tuntas. Belajar disini ditergetkan untuk  mencapai standar yang tinggi .
4.      Peserta didik
Peserta didik adalah mahluk rasional dalam penguasaan fakta dan keterampilan-keterampilan pokok yang siap siaga melakukan latihan-latihan intelektif (Redja Mudyahardjo, 2010: 164). Peserta didik disini merupakan objek dari pendidikan sifatnya menerima apa yang diajar oleh pendidik, sebab peserta didik dianggap belum mampu mengidentifikasikan dirinya.
5.      Pendidik
Peranan Pendidik kuat dalam mempengaruhi dan mengewasi kegiatan-kegiatan peserta didik dalam proses belajar (Redja Mudyahardjo, 2010: 164). Pendidik berperan sebagai mediator antara dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Maka pendidik harus disiapkan agar  mampu  melaksanakan  perannya sebagai pengarah  proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang berakhlak baik yang dapat dipercaya, sebab pendidik merupakan contoh dalam pengawalan nilai-nilai (Redja Mudyahardjo). Dengan demikian inisiatif  dalam  pendidikan  ditekankan  pada  guru,  bukan  pada peserta didik.


KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pendidikan mempunyai peran yang besar dalam kehidupan manusia.
2.      Pendidikan merupakan salah satu media untuk  mempertahankan nilai-nilai dalam budaya yang telah terpilih dan teruji kebaikan dari waktu ke waktu yang melalui proses kerja keras dan payah. Maka warisan budaya pilihan itu harus dipertahankan yang dapat berfungsi sebagai identitas, protek dalam arus globalisasi yang kuat.
3.      Hal tersebut senada dengan alilran filsafat pendidikan esensialisme yang merupakan salah satu dari filsafsat yang bergerak di Pendidikan. inti dari aliran esensialis yaitu menggunakakan nilai-nilai budaya pilihan sebagai dasar pendidikan yang kukuh, tetap dan stabil, dengan demikian pendidikan mempunyai arah yang jelas. Prisnsip aliran ini dalam pendidikan yaitu memandang bahwa  sekolah/pendidikan bertugas untuk mengajarkan ilmu pengetahuan dasar, kemudian belaajar dipandang sebagai kerja keras dan disiplin serta pendidikan berpusat pada pendidik.


DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin, dan  Abdullah Idi. 2011. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Mudyaharjo, Redja. 2010.  Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Rafika Aditama
Siswoyo, Dwi, dkk. 2011.  Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Undang-Undang Republik Indonesia Nomosr 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar