Senin, 09 Januari 2017

Pengaruh Pemimpin dalam Organisasi Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Begitu banyak masalah yang terjadi saat ini di Negara ini, masalah-masalah itu timbul diberbagai lapisan masyarakat, misalnya saja masalah yang terjadi instansi pemerintah, swasta, dan sebagainya. Salah satu penyebab masalah tersebut karena pemanajeman yang masih kurang baik. Jika manajemen kurang baik maka komponen-komponen yang dimanajemenipun tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Manajemen yang bermasalah satunya disebabkan oleh fungsi kepemimpinan yang belum optimal bahkan buruk. Pemimpin adalah orang pertama yang diminta pertanggungjawabannya terhadap orang memanajemeni lembaga/organisasi tersebut atau pemimpin.
Saat ini banyak pemimpin-pemimpin mempunyai kelemahan sehingga kurang mampu untuk memananejemen/mengelola lembaganya baik instansi pemerintah, swasta dan sebagainya. Banyak juga kasus para pemimpin yang terjadi belakangan ini. Dampaknya dapat juga marambah ke masyarakat luas misalnya di bidang pendidikan, apabila seseorang pemimpin kurang bisa mengelola staf-stafnya, maka tidak mustahil stafnya akan menyeleweng dari semestinya dan akan berdampak pada siswa-siswanya, hal tersebut dapat dilihat dari kualitas siswanya, mutu sekolahnya, daya saing sekolah tersebut.
Untuk itu peranan pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan sejati sangat diperlukan untuk dapat mengelola organisasinya dengan baik, agar dapat mencapai tujuannya. Jiwa kepemimpinan yang dicermikan melalui sikap-sikapnya yang baik akan mewujudkan pemimpin sejati, yang akan menggerakan lembaganya melalui pengelolaannya yang baik.
B.     Rumusan Masalah
Jika ditinjau dari latar belakang tersebut maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut ini :
1.      Apa yang menyebabkan pemimpin terjerat dalam masalah?
2.      Bagaimana pemimpin yang baik?
3.      Apa implementasi kepemimpinan terhadap manajemen?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Berbagi pengetahuan tentang sebab pemimpin terjerat dalam kasus
2.      Memahami sikap pemimpin yang baik.
3.       Mengetahui implementasi kepemimpinan terhadap manajemen.
BAB II
 PEMBAHASAN
A.    Sebab Pemimpin yang Terjerat dalam Kasus
Sebelum membahas sub judul tersebut, mari sebelumnya kupas sekilas mengenai defenisi  dari kata pemimpin. Pemimpin adalah seseorang yang diberikan wewenang atau kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain dalam upaya mencapai tujuan lembaga atau tujuan organisasi yang dipimpinnya (H.D. Sudjana , 2000: 20). Dalam kutipan tersebut maka telah diketahui apa arti dari pemimpin, kebanyakan orang mempunyai persepsi bahwa pemimpin adalah orang yang mempunyai kekuasaan atas lembaga atau organisasi, namun penulis mempunyai pendapat yang berbeda dari kebanyakan orang atau para ahli. Penulis tidak menyalahkan defenisi tersebut, namun penulis berpendapat bahwa pemimpin itu mempunyai makna yang lebih dari itu. Penulis membagi dua cakupan dalam mengartikan pemimpin, yang dibagi menjadi dua, yaitu, penulis sepakat dengan arti pemimpin di atas tadi, pemimpin tersebut mempunyai tanggung jawab atas orang lain, makna dari tanggungjawab di sini adalah tanggung jawab agar orang lain yang dipimpinnya mau mewujudkan visi dan misi organisasinya. pemimpin tersebut akan lepas dari tanggungjawab dari orang lain yang menyeleweng dari tugasnya sebagai seorang bawahan, jika pemimpin tersebut memenuhi kewajibannya sebagai pemimpin. Kemudian inilah pendapat lain dari penulis, pemimpin diri yaitu orang yang bertanggungjawab atas dirinya sendiri, artinya setiap orang mempunyai wewenang, pilahan untuk mengatur dirinya sesuai apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkannya.
 Dapat disimpulkan makna pemimpin dari pemaparan paragrap di atas yaitu pemimpin yang bertanggungjawab atas orang lain dan pemimpin yang hanya bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri, atau bisa disebut dengan pengendalian diri.
Selanjutnyah adalah dari kasus atau masalah, masalah yaitu ketidaksesuain antara idealita dengan realitas. Maksudnya apa yang diinginkan oleh seseorang, lemabaga, organisasi atau lainnya tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Secara sederhana masalah dapat digambarkan sebagai orang yang akan memanah suatu sasaran atau target, namun anak panah tersebut tidak mengenai targetnya yang dibidik. Tentu ada sebab kenapa hal itu bisa terjadi.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari masalah diartikan sebagai orang yang melakukan kesalahan. Menurut penulis hal tersebut tidak salah, hal tersebut terjadi karena kesenjangan antara idealita dan realita. Idealita di sini dapat berupa norma-norma dan nilai-nilai yang terdapat dalam suatu masyarakat. Dan realitanya, orang yang melenceng dari nilai-nilai dan norma-norma tersebut.
Jika seseorang melenceng dari dari kaidah-kaidah kehidupan berupa yang telah tercantum mutlak, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, maka akan menimbulkan kerugian pada orang lain. Apalagi jika yang berkedudukan sebagai pemimpin tentu akan mempengaruhi orang-orang yang terpadapat dalam struktur organasisasi misalnya  saja sekolah, ataupun orang yang berada di luar struktur tersebut, misalnya masyarakat sekitar.
Dalam pembahasan alenia ini makna pemimpin akan dipersempit sebagai pemimpin terhadap dirinya sendiri. karena tidak ada pemimpin besar yang baik melainkan dapat memimpin dirinya sendiri. Seseorang melenceng dari tugasnya disebabkan oleh krisis akhlak. Krisis akhlak yaitu suatu ketidaksesuaian antara akhlak individu dengan ajaran agama khususnya agama islam. Krisis akhlak ini menjadi pangkal penyebab timbulnya krisis dalam berbagai bidang kehidupan (Abbudin Nata, 2008: 221). Orang yang mengalami krisis akhlak berarti orang tersebut tidak mampu memenejemen dirinya sendiri. karena jumlah manusia yang mengalami krisis akhlak begitu banyaknya maka masalahpun semakin kompleks.
Perlu diketahui penyebab krisis akhlak tersebut agar dapat mencari solusi yang mungkin dapat diterapkan dalam individu. Dalam Abbudin Nata (2008 : 224) krisis akhlak disebabkan oleh :
1.      Longgarnya penggangan terhadap agama menyebabkan kontrol diri dari dalam.
2.      Kurangnya pembinaan moral dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.
3.      Derasnya arus budaya hidup materelialistis, hedonistis dan sekularistis.
4.      Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk melakukan pembinaan akhlak bangsa.
Sejalan dengan sebab-sebab timbulnya akhlak tersebut, maka cara untuk mengatasinya dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Pendidikan akhlak dapat digunakan untuk menetapkan pelaksanaan pendidikan agama baik di rumah, sekolah maupun masyarakat
2.      Dengan mengintegrasikan antara pendidikan dan pengajaran.
3.      Pendidikan akhlak bukan hanya menjadi tanggungjawab guru agama saja, melainkan juga tanggungjawab semua guru bidang studi.
4.      Pendidikan akhlak harus didukung oleh pendidikan oleh kerja sama yang kompak dan usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua (keluarga), sekolah dan masyarakat (Abbudin Nata, 2008 : 224).
B.     Memahami Pemimpin yang Baik
Untuk mengetahui pemimpin yang baik, maka perlu dipahami arti dari kepemimpinan, fungsi dari pemimpin. Slaifatnya.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan atau karena alasan lain (H.D. Sudjana, 2 000: 20).  Dari istilah tersebut, kepimpinan pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki oleh seseorang ( Tatang M. Amirin dkk, 2011: 134).
Tugas seorang pemimpin berdasarkan definisi kepemimpinan di atas adalah membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahannya, mengkomunikasikan gagasan pada rang lain, meyakinkan orang lain agar sejalan dengan gagasannya (Wahjosumidjo, 2008: 40 ). Selain itu tugas pemimpin yaitu mengayomi  umatnya, agar keberadaanya itu menjadi kebahagiaan bagi orang lain, tidak menindas atau memperlakukannya dengan sewenang-wenang. Kemudian pemimpin juga harus memberikan teladan yang baik, secara sengaja atau tidak disengaja pemimpin yang dapat dijadikan sebagai teladan akan memberikan energy serta pengaruh yang positif bagi orang lain. Khususnya dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM) yang akan menggerakan organisasi atau lembaga yang dipimpinnya kea rah yang lebih baik.
Pemaparan pada di atas memberikan gambaran seorang pemimpin yang memiliki fungsi sebagai orang yang mampu mengawali perubahan, sebagai penggerak agar orang lain sadar mau melakukan tugas yang diamanahinya oleh lembaga tersebut (Wahjosumidjo, 2008: 40). Pemimpin yang baik mempunyai empat ciri ;
1.      Benar
Sifat benar ini harus melekat pada diri seorang pemimpin, kemudian sifat ini dapat membawa apa dan siapa yang dipimpinya ke jalan yang benar. Maksudnya tidak menghalalkan cara untuk mencapai tujuannya, tidak mementikan diri sendiri melainkan berbuat dan bertindak atas dasar kebenaran dan kemaslahatan masyarakat. Sifat benar ini akan berpengaruh terhadap pengolaan apa pun, termasuk pengololaan lembaga ataupun pengelolaan atas dirinya sendiri.
2.      Dapat dipercaya
Dapat dipercaya ini berasal dari dalam dirinya yang bertangkahlaku benar sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing. bertanggungjawab, jujur dan memilki kepridadian yang luhur. Sifat ini merupakan salah satu faktor yang dapat membangun kepercayaam terhadap orang lain, bahkan musuhnyapun mempercayai dirinya sehingga pada akhirnya musuh tersebut menjadi temannya.
3.     Menyampaikankan gagasannya/ dapat menerima berbagaai gagasan sehi gagasan sehingga dapat memilih gagasan yang paling baik atauingga dapat memilih gagasan yang paling baik atau menciptakan gagasan baru berdasarkan gagasan-gagasan baru berdasarkan gagasan-gagasan tersebut.
4.      Cerdas
Pada dasarnya setiap orang mempuyai sifat cerdas, namun setiap orang mempunyai cerdasnya memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Cerdas disini bermakna sangat luas dan cerdas disini mempunyai. Misalnya saja kecerdaasan sosial-emosional, akademik, kecerdasaan spiritual dan sebagainya. Seseorang yang sangat cerdas ini akan berprilaku dengan sangat baik,  memunculkan ide-ide benar,  sesorang yang tenang dalam menghadapi suatu masalah sehingga setiap masalah dapat diatasi dengan amat baiknya. Banyak sekali dampak yang amat luar biasa lainnya lagi.
Jika seseorang mempunyai keempat sifat tersebut maka orang tersebut layak menjadi seorang pemimpin. Pemimpin tersebut dapat mengelola lembaganya dengan baik, walau masalah pasti akan menghadang untuk menguji kebajikan dari pemimpin  dan bawahannya tersebut.
C.    Implementasi kepemimpinan Terhadap Manajemen
Impelementasi kepemimpinan dalam katagori mikro (memimpin dirinya sendiri) berarti individu tersebust dituntut untuk mengoptimalkan potensi dirinya agar mampun mengemban tanggungjawab sebagai manusia sejati. Ketika individu mampu memimpin dirinya sendiri berarti. kep individu tersebut dapat memenejemen dirinya. Kepemimpinan sangat berpengaruh dengan cara individu mengelola/memanajemen agar dirinya dapat mengoptimalkan potensi dirinya agar dirinya dapat memberi manfaat kepada orang lain terutama memberikan manfaat terhadap lamasyarakat luas.
Ketika individu mampu memberikan manfaat kepada orang lain maka akan menyebabkan individu tersebut untuk memegang peranan dalam masyarakat, organisasi, sekolah dan lain-lain. Dalam hal ini individu milai masuk kedalam kategori pemimpin mikro yang memiuliki tanggungjawab yang luas untuk mengelola apa yang diamahinya.
Pada hakekatnya setiap individu adalah pemimpin atas dirinya sendiri, jika individu mempunyai keempat sifat kebajikan (benar, dapat dipercaya, menyampaikan dan cerdas) maka individu akan mampu memipin dirinya sendiri/mengendalikan diri/ mengelola diri. Jika setia orang dapat mengelola dirinya dengan baik maka akan tercipta iklim positif dalam kehidupan. Namun pada kenyataannya hidup ini selalu berdampingan jika ada yang baik maka ada juga yang  buruk. Walau begitu seetiap individu wajib atas untuk mampu mengelola dirinya sebaik mungkin.
Pemimpin dalam suatu organisasi khususnya pendidikan hendaknya memiliki kepridian ypang luhur, sebagai modal dasar agntar dapat mengatur orang lain dengan semestinya. Pemimpin dituntut mampu mengelola organisasi melalui kerjasama dengan bawahannya agar tercapai tujuan yang dirumuskan bersama. jika setiap individu mampu mengelola dirinya sendiri dan bertanggungjawab atas tugasnya, maka organisasi tersebut memiliki mutu yang baik karena memiliki pengelolaan yang baik, yang dikelola bersama-sama. Bayangkan jika pemimpinnya baik, bawa mehannya juga baik. Maka sekolah tersebut akan mempunyai tatakelola yang baik pula, sehingga tidak mustahil akan meningkatkan muti dari sekolah atau lembaga yang memiliki tatakelola yang baik dengan basis kebaikan atas individu di dalamnya.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pemimpin dalam suatu lemabaga atau organisasi sangat mempengaruhi pengolaan terhadap lemaba tersebut, jika pemimpin yang buruk  akan maka akan berdampak buruk pula pada lembaganya, dan pemimpin yang baik ini akan membawa dampak yang baik juga organisasinya. namun baik atau tidaknya suatu organisasi bergantung pada kerjasama antara semua perangkat tersebut yang dibangun oleh pemimpinya, maksudnya pemimpin yang mengawali keharmonisan antar perangkatnya untuk bekerjasama.
B.     Saran
Walau pemahasan lebih banyak mengacu pada pemimpin organisasi, namun penulis berharap bagi siapun orang yang dapat  smemimpin dirinya sendiri. Karena di dunia ini tidak ada pemimpin yang berhasil sebelum ia berhasil memimpin dirinya sendiri. Sesuai dengan sebuah perumpaan yang mengatakan bahwa hal yang besar diawali oleh sesuatu yang kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar