Senin, 09 Januari 2017


1. Pendekatan-Pendekatan Teori Pendidikan
Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: Pendidikan sebagai praktik dan Pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan. Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya: Pendekatan Sains, Pendekatan Filosofi dan Pendekatan Religi.
A. Pendekatan Sains
Pendekatan sains terhadap pendidikan yaitu suatu pengkajian dengan menggunakan sains untuk mempelajari, menelaah, dan memecahkan masalah-masalah pendidikan (science of education). Cara kerja yang dipergunakan sebagaimana prinsip-prinsip dan metode kerja sains.
Henderson mengemukakan bahwa sains pendidikan pada dasarnya ingin menyumbangkan pengetahuan yang diperoleh melalui eksperimen, analisis, pengukuran, penghitungan, klasifikasi, dan perbandingan.
Sains pendidikan menghasilkan ilmu pendidikan sebagai terapan dari sains dasarnya. Misalnya sosiologi pendidikan, merupakan terapan dari sosiologi untuk menelaah masalah-masalah pendidikan; psikologi pendidikan, merupakan terapan dari psikologi untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Pendekatan sains ingin menelaah masalah-masalah pendidikan secara ilmiah dan mempelajari proses-proses psikologis, sosiologis, sosiokultural, dan ekologis, karena akan mempengaruhi dan menentukan pendidikan.
Karakteristik pendekatan sains
Karakteristik pendekatan sains dapat dilihat dari tiga segi, yaitu dari segi objek pengkajian, tujuan pengkajian, dan metode kerja pengkajian. Objek pengkajian dalam sains pendidikan sangat terbatas, karena objeknya merupakan salahsatu aspek dari pendidikan. Dengan objek yang terbatas itulah, sains pendidikan mencoba menganalisis objeknya menjadi unsur-unsur yang lebih kecil.
Tujuan pengkajian sains pendidikan adalah untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam pendidikan. Mendeskripsikan dan menggambarkan apa yang terjadi dalam peristiwa pendidikan. Karakteristik seperti ini disebut deskriptif analitis, yaitu menggambarkan secara rinci tentang unsur-unsur dari aspek pendidikan, yang menjadi objek penyelidikannya.
Metode kerja pengkajian sains dalam pendidikan, ialah dengan menggunakan metode sains (yang lebih dikenal dengan metode ilmiah) yaitu dengan cara induktif. Teori pendidikan dengan metode induktif berasal dari fakta-fakta khusus, fakta empiris pendidikan, dianalisis dan divertifikasi, kemudian ditarik suatu kesimpulan/generalisasi sebagai suatu teori pendidikan. Mereka yang menggunakan cara kerja induktif, melihat teori pendidikan sebagai sains, dimana hasilnya disebut sains pendidikan (science of education).
Metode sains merupakan prosedur kerja yang terencana dan cermat, melalui pengalaman, dengan menggunakan kerangka pemikiran tertentu. Sains pendidikan menggunakan kajian empiris logis, yaitu suatu pengkajian yang bersumber pada data empiris yang diperoleh dengan melakukan penelitian yang cermat dan menggumakan cara/metode yang logis menurut aturan-aturan tertentu.
Jenis-jenis sains pendidikan
Sebagai hasil pendekatan sains terhadap pendidikan terdapat beberapa jenis sains pendidikan yang dihasilkan, diantaranya:
1. Sosiologi Pendidikan, merupakan cabang sains pendidikan, sebagai aplikasi dari sosiologi dalam kajian pendidikan, aplikasi dari hasil penelitian dalam sosiologi. Istilah yang mucul adalah istilah yang berasal dari sosiologi, misalnya struktur sosial pendidikan, dan sebagainya. Sosiologi berangkat dari asumsi bahwa pendidikan merupakan organisasi sosial, sehingga objek penyelidikan sosiologi pendidikan adalah faktor sosial dalam pendidikan.
2.  Psikologi Pendidikan, merupakan cabang sains pendidikan, sebagai aplikasi dari psikologi dalam kajian pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil penelitian dalam psikologi. Motivasi belajar, minat, instink adalah istilah-istilah psikologi. Objek penelitian dalam psikologi pendidikan adalah perilaku individu dalam belajar.
3.  Administrasi Pendidikan, merupakan cabang sains pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen, yang dipengaruhi dan bersumber dari hasil penelitian dalam bidang manajemen. Terminologi yang dipergunakan atau istilah yang bisa dipergunakan dalam bidang manajemen, seperti planning, supervisi, kontrol, dan sebagainya. Administarsi pendidikan bertolak dari asumsi bahwa pendidikan adalah usaha pendayagunaan sumber yang tersedia secara efektif dan efisien. Yang menjadi objek utama dalam penelitian administrasi pendidikan adalah pengelolaan atau pengaturan sumber daya manusia dan bukan manusia, agar individu dapat belajar efektif dan efisien.
4.  Teknologi pendidikan, merupakan cabang sains pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil penenlitian dalam bidang teknologi. Teknologi pendidikan antara lain bertolak dari asumsi bahwa pendidikan merupakan aspek metologi dan teknik belajar mengajar yang efektif dan efisien.
5. Cabang-cabang lain yang termasuk sains pendidikan adalah evaluasi pendidikan, ekonomi pendidikan, pendidikan kependudukan, ekologi pendidikan, bimbingan dan penyuluhan pendidikan, pengembangan kurikulum, perencanaan pendidikan, dan evaluasi sistem pendidikan.
B. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam. Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model, yaitu Model Filsafat Spekulatif, Model Filsafat Preskriptif, Model Filsafat Analitik.
Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman.
Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat.
Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir (disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994).
Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: Idealisme, Materialisme, Realisme dan Pragmatisme. Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan, diantaranya: Perenialisme, Esensialisme, Progresivisme, dan Rekonstruktivisme.
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
C. Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan. Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri :
1.  Memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan
2.  Memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat dan tepat, mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis, memiliki dan mengembangkan sains, memiliki dan mengembangkan filsafat
3.  Memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.
Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam). Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Misalnya kita hanya menggunakan psikologi, sosiologi, filsafat, atau hanya dengan menggunakan pendekatan religi. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut dengan Pendekatan Multidisipliner.
2. Filosofi Pendidikan
A. Filosofi Pendidikan di Masyarakat
Pendidikan sebagai gejala sosial dalam kehidupan mempunyai landasan individual, sosial, dan cultural. Pada skala mikro, pendidikan bagi individu dan kelompok kecil berlangsung dalam skala relative terbatas, seperti antara sesama sahabat, guru dan sekelompok kecil siswanya, antara suami dan istri dalam keluarga, antara orangtua dan anak. Pada skala makro, pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar, seperti dalam masyarakat antar desa, sekolah, kecamatan, kota, masyarakat antar suku, dan masyarakat antar bangsa. Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik, baik potensi fisik, cipta, rasa maupun karsanya, agar potensi tersebut menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Ada beberapa aliran dalam filsafat pendidikan, yaitu:
1. filsafat pendidikan progresivisme, yang didukung oleh filsafat pragmatisme
2. filsafat pendidikan esensialisme, yang didukung oleh idealisme dan realisme
3. filsafat pendidikan ferenialisme, yang didukung oleh idealisme.
Perkembangan kependidikan dewasa ini telah membuka arah baru pendidikan kemasyarakatan yang berbasis pada karakter manusia dan masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, sepanjang sejarah, paham mengenai pendidikan di masyarakat tidak terlepas dari beberapa pemetaan aliran pradigma pendidikan dari Giroux dan Aronowitz yang terbagi pada tiga aliran, yaitu pradigma konservatif liberal, dan kritis. O’Neill memaparkan enam ideologi pendidikan, yaitu tiga ideologi konservatif (fundamentalisme, intelektualisme, dan konservatisme pendidikan) dan tiga ideologi liberal (liberalisme pendidikan, libersionisme pendidikan, dan anarkisme pendidikan)
a. Paham Konservatif
Bagi kaum konservatif, ketidak sejajaran masyarakat merupakan suatu keharusan hukum alam, suatu hal yang mustahil dihindari, serta seakan-akan sudah menjadi ketentuan sejarah atau bahkan takdir tuhan. Dalam perjalanan selanjutnya, pradigma konservatif cenderung lebih menyalahkan subjeknya. Bagi kaum konservatif, mereka yang menderita, karena kesalahan mereka sendiri. Hal ini karena banyak orang lain yang ternyata bisa bekerja keras dan berhasil meraih sesuatu. Kaum miskin harus bersabar dan belajar untuk menunggu sampai giliran mereka datang karena pada akhirnya, semua orang akan mencapai kebebasan dan kebahagiaan. 
b. Paham Liberalistik
Liberalisme berangkat dari keyakinan bahwa memang ada masalah dalam mayarakat, tetapi bagi mereka, pendidikan tidak ada kaitannya dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Walaupun demikian, kaum liberal selalu berusaha untuk menyesuaikan pendidikan dengan keadaan ekonomi dan politik diluar dunia pendidikan. Kaum liberal dan konservatif sama-sama berpendirian bahwa pendidikan adalah anti politik, dan excellence haruslah merupakan target utama pendidikan.
c. paham radikalistik
pendidikan bagi kelompok ke tiga ini merupakan arena perjuangan politik. Paham ini bertentangan dengan kaum liberal yang menganggap pendidikan sebagai dari persoalan kelas dan gender yang ada dalam masyarakat.
Akhlak yang dibentuk oleh pendidikan dapat berupa tindakan yang berhubungan dengan tiga unsur penting, yaitu:
1.  Kognitif sebagai pengetahuan dasar manusia melalui potensi intelektualitasnya
2. Afektif, yaitu pengembangan potensi akal manusia melalui upaya menganalisis berbagai kejadian sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan
3.  Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman rasional ke dalam bentuk perbuatan yang konkret.
Akhlak memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.  akhlak yang didasari dengan nilai-nilai pengetahuan
2.  akhlak yang bermuara dari nilai-nilai kemanusiaan
3.  akhlak yang berlandasan ilmu pengetahuan
B. Filosofi Kurikulum Pendidikan
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yaitu curriculum, yang artinya a running course atau race course, especially a chariot race course. Dalam bahasa prancis, yaitu courier, artinya berlari (to run). Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan kurikulum sebagai berikut:
1. Saylor dan aleksander merumuskan kurikulum sebagai the total effort of the school situations
2. Smith mengartikan, kurikulum sebagai  a sequence of potential experiences of disciplining children and youth in group ways of thinking and acting.
3.  Kurikulum diartikan pula dengan the curriculum of a school is all the experiences the pupis hove under the guidance of the school.
4.  Kurikulum adalah rencana pembelajaran atau program kegiatan sekolah yang telah direncanakan.
5.  Adapula pendapat bahwa kurikulum sebenarnya, meliputi pengalaman yang direncanakan dan yang tidak direncanakan yang disebut hidden curriculum atau kurikulum yang tersembunyi.
C. Kurikulum Pendidikan Berbasis Fitrah Manusia
Fitrah berarti bersih tanpa dosa dan noda, baik dalam akal maupun nafsunya. Manusia yang masih fitrah adalah manusia yang bersih dari dosa. Dalam fitrah manusia dapat mengembangkan kekuatan jiwanya untuk mengetahui dan mengenal lebih dekat Tuhan yang telah menciptakannya.
Bimbingan orang tua meliputi:
1. memberi teladan yang baik
2. membiasakan anak bersikap baik
3. menyajikan cerita-cerita yang baik
4. menerangkan segala hal yang baik
5. membina daya kreatif anak
6. mengontrol, membimbing, dan mengawasi prilaku anak dengan baik
7. memberikan sanksi yang bernilai pelajaran dengan baik

1 komentar:


  1. Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'

    BalasHapus