FILOSOFI PENDIDIKAN
1. Pendekatan-Pendekatan Teori Pendidikan
Pendidikan dapat dilihat dalam
dua sisi yaitu: Pendidikan sebagai praktik dan Pendidikan sebagai teori.
Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat
diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta
didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori
yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang
berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai
gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman
pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk
melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Diantara keduanya memiliki
keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya
berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan
seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam
praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan
dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan. Terkait
dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan, diantaranya: Pendekatan Sains, Pendekatan Filosofi dan
Pendekatan Religi.
A.
Pendekatan Sains
Pendekatan
sains terhadap pendidikan yaitu suatu pengkajian dengan menggunakan sains untuk
mempelajari, menelaah, dan memecahkan masalah-masalah pendidikan (science of education). Cara kerja yang
dipergunakan sebagaimana prinsip-prinsip dan metode kerja sains.
Henderson
mengemukakan
bahwa sains pendidikan pada dasarnya ingin menyumbangkan pengetahuan yang
diperoleh melalui eksperimen, analisis, pengukuran, penghitungan, klasifikasi,
dan perbandingan.
Sains
pendidikan menghasilkan ilmu pendidikan sebagai terapan dari sains dasarnya.
Misalnya sosiologi pendidikan, merupakan terapan dari sosiologi untuk menelaah
masalah-masalah pendidikan; psikologi pendidikan, merupakan terapan dari
psikologi untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Pendekatan
sains ingin menelaah masalah-masalah pendidikan secara ilmiah dan mempelajari
proses-proses psikologis, sosiologis, sosiokultural, dan ekologis, karena akan
mempengaruhi dan menentukan pendidikan.
Karakteristik
pendekatan sains
Karakteristik
pendekatan sains dapat dilihat dari tiga segi, yaitu dari segi objek
pengkajian, tujuan pengkajian, dan metode kerja pengkajian. Objek pengkajian
dalam sains pendidikan sangat terbatas, karena objeknya merupakan salahsatu
aspek dari pendidikan. Dengan objek yang terbatas itulah, sains pendidikan
mencoba menganalisis objeknya menjadi unsur-unsur yang lebih kecil.
Tujuan
pengkajian sains pendidikan adalah untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam pendidikan. Mendeskripsikan dan menggambarkan apa yang terjadi
dalam peristiwa pendidikan. Karakteristik seperti ini disebut deskriptif
analitis, yaitu menggambarkan secara rinci tentang unsur-unsur dari aspek
pendidikan, yang menjadi objek penyelidikannya.
Metode
kerja pengkajian sains dalam pendidikan, ialah dengan menggunakan metode sains
(yang lebih dikenal dengan metode ilmiah) yaitu dengan cara induktif. Teori
pendidikan dengan metode induktif berasal dari fakta-fakta khusus, fakta
empiris pendidikan, dianalisis dan divertifikasi, kemudian ditarik suatu
kesimpulan/generalisasi sebagai suatu teori pendidikan. Mereka yang menggunakan
cara kerja induktif, melihat teori pendidikan sebagai sains, dimana hasilnya
disebut sains pendidikan (science of education).
Metode
sains merupakan prosedur kerja yang terencana dan cermat, melalui pengalaman,
dengan menggunakan kerangka pemikiran tertentu. Sains pendidikan menggunakan
kajian empiris logis, yaitu suatu pengkajian yang bersumber pada data empiris
yang diperoleh dengan melakukan penelitian yang cermat dan menggumakan
cara/metode yang logis menurut aturan-aturan tertentu.
Jenis-jenis sains
pendidikan
Sebagai
hasil pendekatan sains terhadap pendidikan terdapat beberapa jenis sains
pendidikan yang dihasilkan, diantaranya:
1. Sosiologi Pendidikan,
merupakan cabang sains pendidikan, sebagai aplikasi dari sosiologi dalam kajian
pendidikan, aplikasi dari hasil penelitian dalam sosiologi. Istilah yang mucul
adalah istilah yang berasal dari sosiologi, misalnya struktur sosial
pendidikan, dan sebagainya. Sosiologi berangkat dari asumsi bahwa pendidikan
merupakan organisasi sosial, sehingga objek penyelidikan sosiologi pendidikan
adalah faktor sosial dalam pendidikan.
2. Psikologi Pendidikan, merupakan
cabang sains pendidikan, sebagai aplikasi dari psikologi dalam kajian
pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil penelitian dalam
psikologi. Motivasi belajar, minat, instink adalah istilah-istilah psikologi.
Objek penelitian dalam psikologi pendidikan adalah perilaku individu dalam
belajar.
3. Administrasi Pendidikan, merupakan
cabang sains pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen, yang dipengaruhi
dan bersumber dari hasil penelitian dalam bidang manajemen. Terminologi yang
dipergunakan atau istilah yang bisa dipergunakan dalam bidang manajemen,
seperti planning, supervisi, kontrol, dan sebagainya. Administarsi pendidikan
bertolak dari asumsi bahwa pendidikan adalah usaha pendayagunaan sumber yang
tersedia secara efektif dan efisien. Yang menjadi objek utama dalam penelitian
administrasi pendidikan adalah pengelolaan atau pengaturan sumber daya manusia
dan bukan manusia, agar individu dapat belajar efektif dan efisien.
4. Teknologi pendidikan, merupakan
cabang sains pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi yang sangat
dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil penenlitian dalam bidang teknologi.
Teknologi pendidikan antara lain bertolak dari asumsi bahwa pendidikan
merupakan aspek metologi dan teknik belajar mengajar yang efektif dan efisien.
5. Cabang-cabang lain
yang termasuk sains pendidikan adalah evaluasi pendidikan, ekonomi pendidikan,
pendidikan kependudukan, ekologi pendidikan, bimbingan dan penyuluhan
pendidikan, pengembangan kurikulum, perencanaan pendidikan, dan evaluasi sistem
pendidikan.
B.
Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofi yaitu suatu
pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan
menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah
pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya
terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang
lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman
inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh
sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang
bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai
dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan
menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu
perenungan yang lebih mendalam. Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan
dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh
tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model, yaitu Model
Filsafat Spekulatif, Model Filsafat Preskriptif, Model Filsafat Analitik.
Filsafat
spekulatif
adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara
rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat
raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi
dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan
keseluruhan pengalaman.
Filsafat
preskriptif
berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang
nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni,
menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek.
Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan
gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif
memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat.
Filsafat
analitik
memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan
pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk
menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan
cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir (disarikan
dari Uyoh Sadulloh, 1994).
Terdapat beberapa aliran dalam
filsafat, diantaranya: Idealisme, Materialisme, Realisme dan
Pragmatisme. Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan
kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat
tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam
keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing
kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang
filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan,
diantaranya: Perenialisme, Esensialisme, Progresivisme, dan Rekonstruktivisme.
Perenialisme lebih menekankan pada
keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan
dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini
menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada
tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme menekankan pentingnya
pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik
agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang
berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme menekankan pada
individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami
kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan :
bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
Progresivisme menekankan pada
pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi
pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi
pengembangan belajar peserta didik aktif.
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi
lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia
masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan
tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan
sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
C. Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu
pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan
berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai
tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan,
metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan. Cara kerja pendekatan
religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya
bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik
tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini
dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian
mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu
Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam
yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan
Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk
membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber
utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan
demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat
buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan dengan tujuan
pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan
Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced
growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the
rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for
the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative,
physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and
motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The
ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission
to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”
Sementara itu, Ahmad Tafsir
(1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang
sempurna dengan ciri-ciri :
1. Memiliki jasmani yang sehat, kuat dan
berketerampilan
2. Memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti
mampu menyelesaikan secara cepat dan tepat, mampu menyelesaikan secara ilmiah
dan filosofis, memiliki dan mengembangkan sains, memiliki dan mengembangkan
filsafat
3. Memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan
sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati
memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.
Dalam teori pendidikan Islam,
dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan
lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan
penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad
Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam). Mengingat
kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori
pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan
menggunakan satu pendekatan saja. Misalnya kita hanya menggunakan psikologi,
sosiologi, filsafat, atau hanya dengan menggunakan pendekatan religi. Oleh
karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan
di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi
antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut dengan Pendekatan
Multidisipliner.
2. Filosofi Pendidikan
A. Filosofi Pendidikan
di Masyarakat
Pendidikan sebagai gejala sosial
dalam kehidupan mempunyai landasan individual, sosial, dan cultural. Pada skala
mikro, pendidikan bagi individu dan kelompok kecil berlangsung dalam skala
relative terbatas, seperti antara sesama sahabat, guru dan sekelompok kecil
siswanya, antara suami dan istri dalam keluarga, antara orangtua dan anak. Pada
skala makro, pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar, seperti
dalam masyarakat antar desa, sekolah, kecamatan, kota, masyarakat antar suku,
dan masyarakat antar bangsa. Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan
potensi-potensi manusiawi peserta didik, baik potensi fisik, cipta, rasa maupun
karsanya, agar potensi tersebut menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam
perjalanan hidupnya.
Ada
beberapa aliran dalam filsafat pendidikan, yaitu:
1. filsafat pendidikan
progresivisme, yang didukung oleh filsafat pragmatisme
2. filsafat pendidikan
esensialisme, yang didukung oleh idealisme dan realisme
3. filsafat pendidikan
ferenialisme, yang didukung oleh idealisme.
Perkembangan kependidikan dewasa
ini telah membuka arah baru pendidikan kemasyarakatan yang berbasis pada
karakter manusia dan masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, sepanjang sejarah,
paham mengenai pendidikan di masyarakat tidak terlepas dari beberapa pemetaan
aliran pradigma pendidikan dari Giroux dan Aronowitz yang terbagi pada tiga
aliran, yaitu pradigma konservatif liberal, dan kritis. O’Neill memaparkan enam
ideologi pendidikan, yaitu tiga ideologi konservatif (fundamentalisme,
intelektualisme, dan konservatisme pendidikan) dan tiga ideologi liberal
(liberalisme pendidikan, libersionisme pendidikan, dan anarkisme pendidikan)
a. Paham
Konservatif
Bagi kaum konservatif, ketidak
sejajaran masyarakat merupakan suatu keharusan hukum alam, suatu hal yang
mustahil dihindari, serta seakan-akan sudah menjadi ketentuan sejarah atau
bahkan takdir tuhan. Dalam perjalanan selanjutnya, pradigma konservatif
cenderung lebih menyalahkan subjeknya. Bagi kaum konservatif, mereka yang
menderita, karena kesalahan mereka sendiri. Hal ini karena banyak orang lain
yang ternyata bisa bekerja keras dan berhasil meraih sesuatu. Kaum miskin harus
bersabar dan belajar untuk menunggu sampai giliran mereka datang karena pada
akhirnya, semua orang akan mencapai kebebasan dan kebahagiaan.
b. Paham
Liberalistik
Liberalisme berangkat dari
keyakinan bahwa memang ada masalah dalam mayarakat, tetapi bagi mereka,
pendidikan tidak ada kaitannya dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat.
Walaupun demikian, kaum liberal selalu berusaha untuk menyesuaikan pendidikan
dengan keadaan ekonomi dan politik diluar dunia pendidikan. Kaum liberal dan
konservatif sama-sama berpendirian bahwa pendidikan adalah anti politik, dan
excellence haruslah merupakan target utama pendidikan.
c. paham
radikalistik
pendidikan bagi kelompok ke tiga
ini merupakan arena perjuangan politik. Paham ini bertentangan dengan kaum
liberal yang menganggap pendidikan sebagai dari persoalan kelas dan gender yang
ada dalam masyarakat.
Akhlak yang dibentuk oleh
pendidikan dapat berupa tindakan yang berhubungan dengan tiga unsur penting,
yaitu:
1. Kognitif sebagai pengetahuan dasar manusia
melalui potensi intelektualitasnya
2. Afektif, yaitu
pengembangan potensi akal manusia melalui upaya menganalisis berbagai kejadian
sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan
3. Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman
rasional ke dalam bentuk perbuatan yang konkret.
Akhlak
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. akhlak yang didasari dengan nilai-nilai
pengetahuan
2. akhlak yang bermuara dari nilai-nilai
kemanusiaan
3. akhlak yang berlandasan ilmu pengetahuan
B. Filosofi Kurikulum Pendidikan
Istilah kurikulum berasal dari
bahasa latin, yaitu curriculum, yang artinya a running course atau race course, especially a chariot race course. Dalam
bahasa prancis, yaitu courier, artinya
berlari (to run). Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan kurikulum sebagai
berikut:
1. Saylor dan aleksander merumuskan kurikulum
sebagai the total effort of the school
situations
2.
Smith mengartikan, kurikulum sebagai a sequence of potential experiences of
disciplining children and youth in group ways of thinking and acting.
3. Kurikulum diartikan pula dengan the curriculum of a school is all the
experiences the pupis hove under the guidance of the school.
4. Kurikulum adalah rencana pembelajaran atau
program kegiatan sekolah yang telah direncanakan.
5. Adapula pendapat bahwa kurikulum sebenarnya,
meliputi pengalaman yang direncanakan dan yang tidak direncanakan yang disebut
hidden curriculum atau kurikulum yang tersembunyi.
C.
Kurikulum Pendidikan Berbasis Fitrah Manusia
Fitrah
berarti bersih tanpa dosa dan noda, baik dalam akal maupun nafsunya. Manusia
yang masih fitrah adalah manusia yang bersih dari dosa. Dalam fitrah manusia
dapat mengembangkan kekuatan jiwanya untuk mengetahui dan mengenal lebih dekat
Tuhan yang telah menciptakannya.
Bimbingan
orang tua meliputi:
1. memberi
teladan yang baik
2.
membiasakan anak bersikap baik
3.
menyajikan cerita-cerita yang baik
4.
menerangkan segala hal yang baik
5. membina
daya kreatif anak
6.
mengontrol, membimbing, dan mengawasi prilaku anak dengan baik
7. memberikan
sanksi yang bernilai pelajaran dengan baik
BalasHapusAwalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'