Menciptakan Lingkungan Sekolah Yang Kondusif Untuk Mengembangkan Kompetensi Sosial
Urgensi Menata Ruang Kelas
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak, adalah sebuah generasi yang
memiliki pengalaman yang berbeda, anak-anakpun menikmati dan merasakan
segala sesuatu tentang mereka. Mereka mengembangkan perasaan keinginan
untuk membuat berbagai hal, dan membuatnya lebih baik serta lebih
sempurna. Keinginan mereka yang kuat adalah untuk mengetahui dan
memahami. Dan orangtua mereka tetap merupakan pemberi pengaruh yang
penting dalam kehidupan mereka, miskipun pertumbuhan mereka juga
dibentuk oleh rangkaian teman-teman yang berada di sekelilingnya.
Sosioemosional anak menjadi semakin kompleks dan berbeda pada masa
pertengahan dan akhir anak-anak. Relasi keluarga dan teman sebaya terus
memainkan peran penting pada masa pertengahan dan akhir anak-anak,
sekolah dan guru merupakan aspek kehidupan anak yang semakin
terstruktur.
Bronfenbrenner dan Erikson mengemukakan tentang lingkungan yang sangat
berperan terhadap perkembangan sosioemosional anak, dan setiap faktor
yang memengaruhi memberi dampak yang positip dan negatip terhadap
perkembangan anak. lingkungan kelas dalam sekolah baik fisik maupun
sosialnya berpengaruh terhadap perkembangan fisik, kognitif, maupun
bahasa serta sosialemosional anak, bahkan dapat mengurangi munculnya
perilaku bermasalah dan meningkatkan kerjasama antar teman-teman dalam
kelas.
Ruang kelas diatur untuk meningkatkan interaksi dan pembelajaran. Meja,
kursi dan tempat mengerjakan tugas dikelompokkan: tempat mengerjakan
memiliki berbagai materi belajar untuk mendorong proyek kelompok,
percobaan dan aktifitas kreatif. Tempat-tempat yang kita lihat di kelas
prasekolah masih ada di kelas TK: meja, pasir/air, tempat komputer,
tempat bermain dan tempat membaca diatur untuk berinteraksi, yang
menurut teori figotsky dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan
bahasa. Selain itu, kelas (TK) yang berkualitas adalah kelas dimana anak
merasa berada pada rumah sendiri, hasil karya anak dipajang sehingga
mereka merasa memilikinya.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menyediakan lingkungan yang berkualitas:
- Meyediakan banyak materi yang mendukung anak belajar membaca dan menulis. Keduanya adalah menjadi prioritas utama sehingga pastikan guru menawarkan berbagai jenis buku dan bahan untuk menulis
- Memasukkan anak dalam kelompok-kelompok yang berbeda jumlah anggota dan tingkat kemampuannya. Kegiatan ini menyebabkan terjadinya interaksi sosial dan belajar bersama sehingga mendorong anak untuk bekerjasama dan membantu teman lain dalam meningkatkan pembelajaran
- Mengembangkan pengaturan kelas yang mendukung standar sekolah dan negera, cohtoh untuk memenuhi standar membaca, buatlah anak mudah mendapatkan buku yang diperlukan. Dan pastikan juga ruang kelas memiliki tempat yang nyaman untuk waktu membaca individu atau kelompok
- Bekerjasama dengan peserta didik untuk membuat ruang kelas yang sesuai dengan selera guru dan peserta didik.
Sedangkan lingkungan yang kondusif, antara lain dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut;
- Memberikan pilihan pelayanan bagi setiap anak dalam belajar dan bermain, hal itu akan membangkitkan semangat belajar yang tinggi.
- Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman dan aman bagi perkembangan potensi seluruh anak secara optimal termasuk dalam kegiatan belajar dan bermain yang menarik dan menantang, serta manajemen kelas yang efektif.
Teori tentang Perkembangan Sosioemosional anak diantaranya adalah teori
Ekologi yang dikembangkan oleh Bronfenbrenner, yang utamanya adalah
pada konteks sosial anak dimana anak tinggal dan orang-orang yang
memengaruhi perkembangannya. Menurutnya ada lima sistem lingkungan yang
memengaruhi kehidupan anak, yaitu:
- Mikrosistem, adalah settting dimana individu menghabiskan banyak waktu, dirumah, disekolah, teman sebaya maupun keluarga. Dalam mikrosistem ini individu berinteraksi langsung dengan orangtua, guru, teman sebaya maupun orang lain. Menurutnya, peserta didik bukan penerima pengalaman secara pasif di dalam setting ini, tetapi ia orang yang berinteraksi secara timbal balik dengan oranglain dan membantu mengkonstruksi setting tersebut
- Mesostem, adalah kaitan antar-mikrosistem. Contoh adalah hubungan antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah dan antara keluarga dan teman sebaya.
- Ekosistem, terjadi ketika pengalaman di setting lain (dimana pst didik tidak berperan aktif) memengaruhi pengalaman pst didik dan guru dalam kontek mereka sendiri. Misalnya dewan sekolah dan dewan pengawas taman di dalam suatu komunitas. Mereka memegang peran yang kuat dalam menentukan kualitas sekolah, taman, fasilitas rekreasi dan perpustakaan. Dalam hal ini keputusan mereka bisa membantu atau menghambat perkembangan anak
- Makrosistem,adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Kultur adalah konteks terluas dimana pst didik dan pendidik tinggal, termasuk nilai dan adat istiadat masyarakat.
- Kronosistem, adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak. Misalnya anak-anak sekarang adalah generasi pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang tumbuh dalam lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk media baru, generasi pertama yang tumbuh dalam kota yang semrawut dan tak terpusat dls.
Dalam perencanaan dan organisasi lingkungan fisik, seorang guru perlu
menetapkan tujuan pendidikan dalam kelasnya, mereka akan selalu
mengfokuskan bagaimana mereka harus menata lingkungan fisik dan
dilanjutkan dengan merencanakan dan mengorgansasikan lingkungan sosial
yang akan menopang prestasi dari tujuan pendidikan. Anak-anak dapat
dibantu agar lebih peka terhadap kebutuhan dan perasaan anak lain maupun
kebutuhan anak itu sendiri, anak-anak juga akan mampu mengendalikan
dorongan-dorongan serta tingkahlaku sehingga menjadi anak yang lebih
mudah diajak kerjasama. Hubungan-hubungan yang ditumbuhkan oleh guru
akan menumbuhkan hubungan dengan anak maupun orang dewasa lain didalam
kelas akan terefleksi dalam tingkah laku yang muncul di dalam kelas.
Perencanaan dan pengorganisasian lingkungan fisik
Sebelum menata ruangan, guru perlu mengetahui dan menyadari susunan
lingkungan fisik dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapainya.
Pertama kali yang dapat membantu perencanaan dan pengeorganisasian
lingkungan fisik kelas adalah informasi berupa catatan atau laporan
tertulis yang akan diperoleh guru beberapa waktu sebalum sekolah
dimulai, melalui pertemuan pertama dengan murid yang datang bersama ortu
akan menambah informasi seperti apa kelas akan dirancang dan
diorganisasikan oleh guru sesuai anak didik yang telah ditemuinya secara
individual.
Kedua, guru tahu apa yang harus dilakukan anak yang berkaitan dengan
tujuan khusus yang hendak dicapai. Apabila anak-anak diharapkan mampu
bersosialisasi, guru harus merencanakan dan mengorganisasi ruang yang
memungkinkan anak mampu mengembangkan bersosialisas melalui kerjasama,
jika merencanakan agar anak menjadi kreatif, maka guru harus
rtmenyediakan meteri terlebih dahulu dapat berupa balok, cat air dll.
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi
suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah
dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa (2006:3) ”Setidaknya
terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan
pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas,
(3) guru dan tenaga kependidikan yang yang professional.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran
di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta
didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas
guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan
kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa.
Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi
diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik
dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan
dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi
penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan
kelompok yang produktif.
Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses.
Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan
sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan
materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan
berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan
pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab
itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi, professional, dan
harus terus-menerus.
” Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan
oleh penulis professional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas”.
Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan
kelas, sedangkan tidak ada satu pendekatan yang dikatakan paling baik.
Sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan
masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara
pengajaran dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara
pengelolaan.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu
ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa
dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin
terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa
mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis
dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
Tugas perkembangan sosial emosional anak berusia 3-5 tahun adalah sebagai berikut:
1. Anak usia 3 tahun diharapkan dapat:
Memilih teman bermain
Memulai interaksi sosial dengan anak lain
Berbagi mainan, bahan ajar atau makanan
2. Anak usia 3 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
Menunggu atau menunda keinginan selama 5 menit
Menikmati kedekatan sementara dengan salah satu teman bermain
3. Anak usia 4 tahun diharapkan dapat:
Menunjukkan kebanggan terhadap keberhasilan
Membuat sesuatu karena imajinasi yang dominan
4. Anak usia 4 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
Menunjukkan rasa percaya diri
Menceritakan kejadian yang baru berlalu
Lebih disukai ditemani teman sebaya dibanding orang dewasa
Menggunakan barang milik orang dengan hati-hati
5. Anak usia 5 tahun diharapkan dapat:
Memiliki beberapa kawan, mungkin satu sahabat
Memuji, memberi semangat, atau menolong anak lain
6. Anak usia 5 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
Mencari kemandirian lebih banyak. Sering kali puas, menikmati
berhubungan dengan anak lain meski pada saat krisis muncul. Berteman
secara mandiri.
Anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di
dalam usaha yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan mereka. Ini
sering menyebabkan orang tua mereka menjadi kesal dimana ketika anak
meminta orang tua untuk melakukan suatu hal secara berulang kali. Pada
usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati yang lebih memperkenalkan
diri kepada orang lain dan juga merasa bersalah ketika mereka melukai
orang lain, baik secara fisik ataupun emosional. Mereka mencoba untuk
menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa diminta untuk
melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar