Hakekat Belajar Dan Pembelajaran
Tugas pokok seorang guru membelajarkan siswa. Masalah utama yang
dihadapi dan perlu dipecahkan ialah apakah yang dapat dan harus
dilaksanakan, selanjutnya bagaimana ia harus melakukannya. Sehubungan
dengan itu, seorang guru perlu memahami dan menghayati kinerja belajar
dan pembelajaran. Bagian ini mencoba menjelaskan kedua kinerja itu
secara umum.
Dengan adanya pemahaman tentang kedua kinerja tersebut, akan membantu
mahasiswa dalam mempelajari materi berikutnya. Pada gilirannya nanti
akan akan terdapat pemahaman yang lebih terorganisasi dan komprensif
tentang meteri mata kuliah ini.
Secara lebih khusus tujuannya ialah bahwa setelah mempelajari bagian ini mahasiswa dapat memahami :
- Apa yang dimaksud dengan belajar pada umumnya, terutama menyangkut bata-san, ciri-ciri, unsur-unsur dan kapan dimulai.
- Apa yang dimaksud dengan pembelajaran secara umum. Terutama menyangkut latar belakang dan pengertiannya.
Hakekat Belajar
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendorong, maka berikut ini akan
di-bahas beberapa batasan, ciri-ciri, unsur-unsur, dan kapan seorang
mulai belajar.
Batasan tentang belajar.
Rumusan tentang apa yang dimaksud dengan belajar cukup bervariasi.
Perbedaan tersebut tentu saja diwarnai atas perbedaan pandangan dan
tekanan mas-ing-masing.
1) W. H. Buston memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dan individu dengan lingkungannya.
Buston berpendapat bahwa unsur utama dalam belajar adalah terjadinya
perubahan pada seseorang. Perubahan tersebut menyangkut aspek
kepri-badian yang tercermin dari perubahan yang bersangkutan, yang tentu
juga bersamaan dengan interaksinya dengan lingkungan dimana dia berada.
2) J. Neweg melihat dari dimensi yang dapat berbeda. Dia menganggap
bahwa belajar adalah suatu proses dimana prilaku seseorang menga-lami
perubahan sebagai akibat pengalaman unsur.
Paling tidak ada tiga unsur yang terkadang pemberian Neweg. Pertama dia
melihat belajar itu sebagai suatu proses yang terajadi dalam diri
seseo-rang.sebagai suatu proses berarti ada tahap-tahap yang dilalui
seseorang. Unsur kedua ialah pengalaman. Belajar itu baru akan terjadi
kalau proses seperti yang disebutkan terdahulu dialami sendiri oleh yang
bersangkutan. Belajar itu pada dasarnya mengalami, learning by
experiensi. Unsur ketiga ialah perubahan prilaku. Muara dari proses yang
dialami seseorang itu ialah terjadinya perubahan prilaku pada yang
bersangkutan.
Skiner berpendapat agak lain, dia berpandangan bahwa belajar adalah
suatu prilaku. Pada seseorang yang belajar maka responnya akan menjadi
lebih baik. Sebaliknya bila tidak belajar, responya menjadi menurun.
Dalam hal ini dia menemukan :
- Adanya kesempatan peristiwa yang menimbulkan respon si pembelajar.
- Respon si pembelajar.
- Konsekwensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa Skiner menekankan belajar pada penguasaan ke-terampilan oleh seseorang melalui latihan.
b. Lain lagi pendapat Sogne, dia berpendapat bahwa belajar adalah
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi men-jadi kopabilitas baru, berupa keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai.
Dia melihat, bahwa timbulnya kopibilitas baru itu sebagai hasil dari :
- Stimulasi yang berasal dari lingkungan.
- Proses kognitif yang dilakukan oleh individu.
Ada beberapa proses pikiran yang patut di kemukakan sehubungan den-gan pandangan Sagne ini, yaitu:
- Pertama: Belajar itu menyangkut aktifitas individu berupa pengolahan in-formasi yaitu stimulasi dari lingkungan.
- Kedua : Pengolahan stimulasi tersebut menghasilkan kopabilitas yang baru berupa keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Sebenarnya masih banyak para ahli yang mecoba mejelaskan apa yang
dimaksud dengan belajar menurut pandangannya. Namun untuk kepentin-gan
pembahasan kita, rasanya cukup 4 pandangan itu yang dikemukakan.
Dari batasan-batasan yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bah-wa
paling tidak ada 2 unsur penting yang terkandung dalam konsep belajar
yaitu : mengalami dan perubahan.
1. Mengalami.
Belajar adalah suatu atau serangkaian aktifitas yang dialami seseorang
melalaui interaksinya dengan lingkungan. Interaksi tersebut mungkin
berawal dari faktor yang berasal dalam atau dari luar diri sendiri.
Dengan terjadinya interaksi dengan lingkungan, akan menyebabkan
munculnya proses penghayatan dalam diri individu tersebut, akan
memungkinkan terjadinya perubahan pada yang ber-sangkutan.unsur
mengalami ini perlu mendapatkan perhatian yang be-sar, karena dia
merupakan salah satu prinsip utama dalam proses belajar dan
pembelajaran, paling tidak menurut pandangan para ahli modern.
2. Perubahan dalam diri seseorang.
Proses yang dialami seseorang baru dikatakan mempunyai makna be-lajar,
akan menghasilkan perubahan dalam diri yang bersangkutan, esensi dari
perubahan ialah adanya yang baru. Dia mungkin bahagia dapat
menyelesaikan diri dengan lebih baik, dapat menjaga kesehatan dengan
lebih baik, atau dapat menulis dan berbicara dengan efectif. Perlu
dicatat perubahan yang dimaksud harus bersifat normatif. Peru-bahan
dalam belajar harus mengarah kepada dan sesuai dengan norma-norma atau
nilai-nilai yang berhubungan dianut oleh masyarakat.
Dari unsur diatas dapat disimpulkan bahwa belajar secara umum diru-muskan sebagai :
Perubahan dalam diri seseorang yang dapat dinyatakan dengan adanya
penguasaan pola sambutan yang baru, berupa pemahaman, keterampilan dan
sikap sebagai hasil proses hasil pengalaman yang dialami.
c. Ciri-ciri dari belajar.
Berdasarkan rumusan diatas dapat dikatakan bahwa belajar itu diartikan
dalam arti yang luas, meliputi keseluruhan proses perubahan pada
individu. Perubahan itu meliputi keseluruhan topik kepribadian, intelek
maupun sikap, baik yang tampak maupun yang tidak. Oleh karena itu
tidaklah tepat kalau belajar itu diartikan sebagai “ungkapan atau
membaca pelajaran” maupun menyimpulkan pengetahuan atau informasi.
Selain dari itu, belajar juga tidak dapat diartikan sebagai terjadinya
perubahan dalam diri in-dividu sebagai akibat dari kematangan,
pertumbuhan atau insting. Untuk mendapatkan pengalaman yang lebih
lengkap tentang pengertian belajar tersebut, maka berikut ini
dikemukakan beberapa ciri-ciri penting dari konsep tersebut :
1. Perubahan yang bersifat fungsional.
Perubahan yang terjadi pada ospek kepribadian seseorang mempu-nyai
dampak terhadap perubahan selanjutnya. Karena belajar anak dapat
membaca, karena membaca pengetahuannya bertambah, ka-rena pengetahuannya
bertambah akan mempengaruhi sikap dan prilakunya.
2. Belajar adalah perbuatan yang sudah mungkin sewaktu terjadinya prioritas.
Yang bersangkutan tidak begitu menyadarinya namun demikian paling tidak
dia menyadari setelah peristiwa itu berlangsung. Dia menjadi sadar apa
yang dialaminya dan apa dampaknya. Kalau orang tua sudah dua kali
kehilangan tongkat, maka itu berarti dia tidak belajar dari pengalaman
yang terdahulu.
3. Belajar terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.
Belajar hanya terjadi apabila dialami sendiri oleh yang bersangku-tan,
dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Cara memahami dan menerapkan
bersifat individualistik, yang pada gilirannya juga akan menimbulkan
hasil yang bsersifat pribadi.
4. Perubahan yang terjadi bersifat menyeluruh dan terintegrasi.
Yang berubah bukan bagian-bagian dari diri seseorang, namun yang berubah
adalah kepribadiannya.kepandaian menulis bukan di-lokalisir tempat
saja. Tetapi di menyangkut ospek kepribadian lainnya, dan pengaruhnya
akan terdapat pada perubahan prilaku yang bersangkutan.
5. Belajar adalah proses interaksi.
Belajar bukanlah proses penyerapan yang berlangsung yang ber-langsung
tanpa usaha yang aktif dari yang bersangkutan. Apa yang diajarkan guru
belum tentu menyebabkan terjadinya perubahan, apabila yang belajar tidak
melibatkan diri dalam situasi tersebut. Perubahan akan terjadi kalau
yang bersangkutan memberikan reaksi terhadap situasi yang dihadapi.
6. Perubahan berlangsung dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks.
Seorang anak baru akan dapat melakukan operasi bilangan kalau yang
bersangkutan sedang menguasai simbol-simbol yang berkaitan dengan
operasi tersebut.
Unsur-unsur dalam belajar.
Prilaku belajar merupakan prilaku yang komplek, karena banyak unsur yang terlibat didalamnya, diantaranya :
1. Tujuan.
Dasar dari aktifitas belajar ialah untuk memenuhi kebutuhan yang
dirasakan oleh yang bersangkutan. oleh karena itu prilaku belajar
mempu-nyai tujuan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dalam rangka
memenuhi kebutuhannya. Seorang anak yang merasa lapar akan belajar bagai
mana caranya untuk mendapatkan makanan.
2. Pola respon dan kemampuan yang dimiliki.
Setiap individu memiliki pola respon yang dapat digunakan saat
meng-hadapi situasi belajar, dia mempunyai cara merespon tersendiri dan
hal itu berkaitan erat dengan kesiapannya.
Kurangnya kesiapan yang bersangkutan menghadapi situasi yang diha-dapi dapat menyebabkannya gagal dalam mencapai tujuan.
3. Situasi belajar.
Situasi yang dihadapi mengandung berbagai alternatif yang dapat
dipi-lih. Alternatif yang dipilih dapat memberikan kepuasan atau tidak.
ka-dang-kadang situasi mengandung ancaman atau tantangan bagi indivi-du
dalam rangka mencapai tujuan.
4. Penafsiran terhadap situasi.
Dalam menghadapi situasi, individu harus menentukan tindakan , mana yang
akan diambil, mana yang harus dihindari dan mana yang paling aman. Mana
yang akan diambil tentu saja didasarkan pada penafsiran yagn
bersangkutan terhadap situasi yang dihadapi. Andaikan dia salah dalam
penafsiran situasi yang dihadapi, dia akan gagal mencapai tujuan yang
ingin dicapainya.
5. Reaksi atau respon.
Setelah pilihan dinyatakan, maka yang dapat dilakukan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya yaitu :
a. Situasi dihadapi secara instinktif.
Yang dimaksud dengan instinktif cara-cara bertindak atau kepan-daian
yang dimiliki seseorang yang diperoleh dari kredity (wau-san). Prilaku
yang demikian tidak diperoleh melalui usaha belajar atau pengalaman dan
oleh karena itu tidak mengalami perubahan seperti halnya makhluk lain,
mausia juga telah dilengkapi dengan berbagai instink yang untuk hal-hal
tertentu sudah dapat memban-tu yang bersangkutan dalam memenuhi
kebutuhannya. Andaikan suatu ketika benda kecil masuk kedalam mata anda,
maka secara instinktif akan keluar air mata, atau kalau suatu benda
masuk ke-dalam hidung, maka anda akan bersin. Keluarnya air mata dan
bersin merupakan mekanisme pertahanan diri yang diperoleh seca-ra
instink untuk memecahkan masalah adanya benda kecil dalam mata dan
hidung.
b. Situasi dihadapi secara kapitual.
Adakalanya tindakan instinktif tidak mangkus, sehingga persoalan tidak
terpecahkan. Dalam keadaan yang demikian maka muncul mekanisme yang
kedua, yaitu situasi dihadapi dengan prilaku ke-biasaan. Sifat kebiasaan
ialah seragam dan berlangsung secara otomatis. karena sifatnya yang
seragam dan berlangsung secara otomatis, jadi tidak terjadi perubahan,
maka pada tahap ini prilaku yang bersangkutan tidak merupakan aktifitas
belajar, namun de-mikian tidak disangkal proses terbentuknya kebiasaan
pada awal-nya memang melalui proses belajar.
Kembali kepada contoh masuknya benda kecil kedalam mata. Se-benarnya air
mata yang keluar secara instinktif tidak berhasil mengeluarkan benda
tersebut, maka mungkin anda akan menggo-sok-gosoknya. Tindakan
menggosok-gosok tersebut anda lakukan karena cara yang demikian pernah
dicoba dan ternyata mangkus. Karenanya sekarang anda ingin mengulang
kembali cara tersebut.
c. Situasi dihadapi secara rasional.
Andaikata dengan cara menggosok-gosok tersebut benda kecil itu dapat
keluar, maka anda merasa puas, persoalan terpecahkan. Na-mun sering
terjadi bahwa cara yang sudah terbiasa tersebut tidak dapat memecahkan
persoalan. Kalau demikian yang terjadi maka muncul mekanisme yang
ketiga. Situasi akan dihadapi secara ra-sional dalam keadaan yang
seperti itu perlu dicari cara pemecahan yang baru. Untuk itu yang
bersangkutan perlu lebih memahami si-tuasi yang dihadapi. Kemudian
alternatif lain akan perlu diinven-tarisis. Sebagai alternatif perlu
dikaji kelebihan dan kekurangan-nya. Kemudian dari alternatif yang ada
dipilih mana yang lebih efektif dan efisien, yagn untuk selanjutnya
diimplementasikan. Pada tahap inilah prilaku belajar mulai terjadi.
d. Situasi dihadapi secara emosional.
Dapat terjadi bahwa cara-cara yang telah dikemukakan diatas ti-dak
mangkus dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam keadaan yang
demikian maka situasi akan dihadapi secara emo-sional.
Apakah prilaku emosional diperoleh melalui usaha belajar? Ya.
Sesungguhnya kita perlu belajar untuk mencintai seseorang dan menumbuh
kembangkannya. Kita perlu belajar bagaimana caranya untuk menyenangi
seseorang dan untuk mendapatkan belas kasi-han dari orang lain.
Dari penjelasan diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan yang umum
apabila, cara-cara bertindak yang sudah dimiliki tidak lagi memuaskan
yang bersangkutan dalam memenuhi kebutuhan, maka yang bersangkutan mulai
belajar.
Hakekat Pembelajaran
Salah satu perubahan yang cukup mendasar dalam dunia pendidikan pada
dasa warsa terakir ini ialah dalam fungsi guru. Perubahan yang dimaksud
ialah guru sebagai pengajar menjadi sebagai pembelajar. Perubahan
tersebut telah menimbulkan inplikasi dan implementasi yang cukup besar
dalam dunia pen-didikan. Oleh karena itu semua calon guru – tentu juga
guru – sangat diha-rapkan untuk dapat memahami dan mengikuti perubahan
tersebut. Untuk da-pat memahami konsep pembelajaran itu dengan baik,
maka pada bagian ini akan dibahas, latar belakang pengertian dan
ciri-cirinya.
a. Latar belakang.
Terjadinya perubahan fungsi guru seperti telah dikemukakan diatas,
ber-kaitan erat dengan munculnya perubahan pandangan para ahli.
Perubahan pandangan yang dimaksud terutama dalam hal :
1. Pandangan terhadap manusia.
Pandangan orang terhadap manusia berkaitan erat dengan aliran psi-kologi
yang berkembang. Dalam sejarah perkembangannya psikologi banyak
dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam, yang menghasilkan aliran
behaviorisme.
Seperti halnya ilmu pengetahuan, mereka memandang manusia se-perti
makhluk alam lainnya. Prilaku manusia dikendalikan oleh
pe-rubahan-perubahan yang terjadi diluar dirinya. Prilaku manusia
dije-laskan dengan teori Stimulus (S) – Respon (R) kalau ada rangsangan
(S) yang mempengaruhinya. Tanpa ada rangsangan mustahil ada respon. Oleh
karena itu antara stimutus dan respon terdapat hubungan yang kuat
(stimulus – respon boud).
Implikasi pandangan tersebut terdapat hubungan guru dengan murid
diperbinakan. Dalam hubungan tersebut guru-lah yang lebih domi-nan,
lebih aktif. Dipihak lain murid lebih bersifat pasif dan meneri-ma.
Munculah istilah yang dikenal dengan “guru mencerek murid mencawan”.
Tugas murid disekolah dapat digambarkan dengan D3 yaitu duduk, dengar,
dan diam.
Kelemahan pandangan tersebut mudah dilihat, memang diakui bah-wa manusia
terdiri dari unsur pisik. Oleh karena itu tidak dapat dis-angkal bahwa,
adakalanya prilakunya ditentukan oleh faktor-faktor diluar dirinya.
Namun demikian unsur pisik bukan satu-satunya unsur dari makluk yang
dinamakan manusia. Dia juga terdiri dari unsur lain, yaitu kemauan,
perasaan, dan pikiran. Bahkan unsur-unsur itulah yang lebih lebih
berperan dalam kehidupannya. Prilaku manusia lebih banyak ditentukan
oleh pikiran, perasaan, kemauan, dan kesa-darannya, hal ini yang
dimungkin oleh aliran behavionisme. Cara pandang yang demikian di dalam
psikologi dikenal dengan aliran humanisme. Amplikasi cara pandang yang
demikian terhadap hubn-gan guru murid mudah diperkirakan. Faktor murid
merupakan hal yang paling dominan. Mereka harus dipandang sebagai objek
yang harus dihargai, baik dari segi perasaan, pikiran dan kemauan. Hasil
bekerja akan lebih banyak ditentukan oleh bagai mana perlakuan guru
terhadap unsur-unsur tersebut. Tugas guru bukan lagi sebagai pengajar,
namun sebagai pembelajar.
2. Pandangan terhadap tujuan pendidikan.
Salah dampak dari perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu pesat pada dasa warsa terakhir ini ialah
ter-jadinya akselerasi perubahan dalam masyarakat.
Dalam masyarakat agroris dan tradisional perubahan-perubahan
ber-langsung secara perlahan-lahan, dan dalam rintang waktu puluhan
ta-hun. Apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dapat
dianti-sipasi obsernasi yang sangat tinggi. Karena itu kemampuan dan
kete-rampilan apa yang akan diperlukan dan karenanya perlu dimiliki oleh
anak sudah dapat ditentukan. Oleh karena itu tujuan pendidikan pada
masyarakat tersebut ialah membentuk manusia yang siap pakai.
Dalam masyarakat industri yang terjadi malah sebaliknya. Perubahan
berlangsung dengan sangat cepat. Dia berlangsung tidak dalam ren-tangan
puluhan tahun malah dalam hitungan bulan, bahkan harian. Apa yang akan
terjadi dan bagaimana wujud masyarakat yang akan datang sangat sukar
untuk diprediksi, kecuali terjadinya perubahan makin cepat. Akibatnya
ialah bahwa adalah sangat sukar bagi kita un-tuk menentukan kemampuan
dan keterampilan yang bagai mana yang kan diperlukan dan dimiliki oleh
anak.
Menghadapi situasi yang demikian, kebijaksanaan mendidik anak menjadi
siap pakai merupakan kebijaksanaan yang tidak dapat diper-tanggung
jawabkan. Oleh karena itu perlu diambil kebijaksanaan lain yaitu
mendidik anak menjadi manusia yang mandiri yaitu yang mam-pu
menganalisis situasi yang dihadapi, mencari dan memiliki alternatif
pemecahan secara mandiri.
3. Peranan guru.
Dampak lain dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
ialah munculnya eraglobalisasi dan informasi. Dunia dimana kita hidup
sekarang ini, menjadi bertambah kecil. Jarak yang begitu jauh yang
dulunya ditempuh dalam hitungan bulan sekarang malah dapat dijangkau
dalam hitungan hari, bahkan jam. Dewasa ini orang dapat makan pagi di
jakarta, makan siang di kairo, makan malam di london. Hal yang tidak
dapat dibayangkan pada masa-masa yang la-lu. Salah satu akibatnya ialah
bahwa batas-batas antara suatu bangsa dengan bangsa lainnya menjadi
lebih kabur
.
Era informasi ditandai dengan terjadinya ledakan informasi yang dahsyat
dan dikomunikasikan secara cepat dan lancar keseluruh pen-juru angin.
Hal yang dimungkinkan dengan adanya perkembangan teknologi media
komunikasi, baik cetak maupun elektronik yang canggih.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain dapat kita
ketahui hanya dalam jarak waktu bilangan jam. Apa yag seka-rang ini kita
anggap benar dan baru besoknya dapat berubah menjadi salah dan outdate.
Salah satu implikasi dari era globalisasi dan informasi seperti
dike-mukakan diatas ialah bahwa, adalah mustahil bagi seseorang untuk
dapat mengikuti dan menguasai semua perkembangan informasi yang terjadi,
namun demikian perkembangan informasi tersebut dapat dikemas dan
disimpan dalam berbagai bentuk media yang nantinya dapat dipandang
sebagai sumbu informasi. Ini berarti kalau dulunya gur dianggap sebagai
satu-satunya sumbu informasi bagi murid, maka sekarang anggapan demikian
tidak dapat dipertahankan lagi, sekarang ini guru hanya merupakan salah
satu sumbu informasi, disamping sumbu lain yang sangat banyak jenis dan
jumlahnya. De-wasa ini guru tidak dapat dipandang sebagai orang yang
serba tahu, harus dianggap sebagai orang yang serba terbatas. Cara
diatas telah menyebabkan terjadinya perubahan dalam peranan gur dari
sebagai pengajar sebagai fasilitator.
b. Pengertian
Perubahan pandangan seperti yang telah dijelaskan diatas juga telah
mempengaruhi kebijakan dan pelaksanaan hubungan antara guru dan mu-rid.
Pada awalnya guru dipandang sebagai pengajar, yang berupaya untuk
menyampaikan pengetahuan kepada murid. Istilah mengajar pada waktu itu
sangat populer. Munculnya pandangan yang lebih menghargai anak se-bagai
manusia (objektif) yang mempunyai perasaan, pikiran dan kemauan, maka
prialku guru dipandang sebagai mempunyai nuansa mencekoki anak ddengan
berbagai pengetahuan, suatu tindakan dari untuk guru. Padahal para ahli
mulai menyadari bahwa sesungguhnya dalam pendidikan dan pengajaran semua
usaha dilakukan untuk kepentingan anak bukan untuk guru.
Bersamaan dengan pemikiran diatas, maka istilah mengajar diubah menjadi
proses belajar-mengajar, yang lebih menekankan adanya suatu proses
intrabsi antara siswa dan guru dimana guru mengajar dan siswa be-lajar.
Esensi dari konsep tersebut ialah bahwa siswa telah dihargai
kebera-daannya.
Namun demikian lama kelamaan para ahli melihat dan merasakan bahwa
istilah diatas mempunyai konotasi yang negatif. Guru cenderung untuk
terperosok kepada penataan kegiatan balajar-mengajar secara terpi-sah.
Satu pihak ada kegiatan guru dan dipihak lain ada kegiatan siswa. Hal
ini menimbulkan kekhawatiran pada sebagain ahli jangan-jangan istilah
tersebut pada gilirannya akan menghasilkan cara mengajar gaya lama.
Misi utama seorang guru ialah mendorong atau menyebabkan siswa belajar.
Jadi mengajar sekarang diartikan sebagai upaya guru untuk mem-bangkitkan
hasrat siswa untuk belajar. Membangkitkan berarti menyebab-kan
seseorang bangkit. Istilah ini dianalogikan “membelajarkan”.
Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran dapat diartikan sebagai:
Upaya pembimbingan terhadap siswa agar yang bersangkutan secara sadar
dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memproleh hasil be-lajar
seoptimal mungkin sesuai dengan keadaan dan kemampuannya.
Dari rumusan diatas ada beberapa pokok pikiran yang perlu dikemukakan:
- Tugas guru sekarang ini bukanlah mengajar dalam arti mencurahkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan namun lebih ditekankan pada memberikan bimbingan, dorongan dan arah pada siswa. Masalah utama yang dihadapi guru ialah apa harus dilakukan agar siswa mau dan berkeinginan untuk bela-jar. Adanya kemauan dan keinginan saja bukanlah cukup, namun perlu dibina dan diarahkan agar kegiatan mereka tetap pada jalan yang benar, sehingga tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai.
- Dalam kontek mau dan berkeinginan untuk belajar, diartikan bahwa siswa harus terlibat secara aktif dalam proses perubahan tersebut. Dalam hal ini mereka mungkin mencari, mengamati, membaca, memcatat, merumukan dan mengambil kesimpulan sendiri, pengalaman yang sudah dirancang dengan baik oleh guru. Agar aktivitas mereka berlangsung secara efektif dan efisien, maka pengendalian dari guru sangat penting. Mereka selalu diarahkan, apa yang harus mereka lakukan, mengapa harus dilakukan dan bagai mana mela-kukannya.
- Sekiranya dengan bimbingan guru kemauan dan keinginan siswa untuk bela-jar sudah tumbuh dan berkembang, maka peluang untuk berhasil dengan baik sudah terbuka lebar. Mereka akan belajar secara serius dan dengan me-manfaatkan fasilitas yang ada sebaik-baik mungkin, dan yang lebih penting lagi ialah bahwa mereka akan menggunakan setiap kesempatan untuk belajar seoptimal mungkin. Kalau situasi yang demikian sudah tumbuh dalam diri siswa, maka hasil belajar yang optimal akan mudah dicapainya. Hasil optimal yang dimaksud disini tentu saja dalam batas-batas keadaan dan kemampuan yang dimilikinya.
BalasHapusAwalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'