HUBUNGAN FILSAFAT, MANUSIA DAN PENDIDIKAN
1.
Pandangan Filsafat Tentang Hakikat Manusia
Ilmu yang
mempelajari tentang hakikat manusia disebut antropologi filsafat. Dalam hal ini
akan dibahas empat aliran. Pertama, aliran serba zat yaitu aliran yang
sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Alam adalah zat atau materi
dan manusia adalah unsure dari alam. Maka dari itu, manusia adalah zat atau
materi.
Kedua,
aliran serba roh yaitu aliran yang berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu
yang ada di dunia ini adalah roh. Hakikat manusia juga adalah roh. Sementara
zat adalah manifestasi dari roh. Dasar pemikiran aliran ini adalah bahwa roh
lebih berharga dan lebih tinggi nilainya daripada materi. Dengan demikian,
aliran ini menganggap roh itu ialah hakikat, sedangkan badan adalah penjelmaan
atau bayangan.
Ketiga,
aliran dualism yaitu aliran yang menganggap bahwa manusia itu terdiri dari dua
subtansi, yaitu jasmani dan rohani. Keduanya merupakan suatu unsure asal, yang
adanya tidak bergantung pada satu sama lain. Jadi, badan tidak berasal dair roh
dan roh tidak berasal dari badan.
Keempat,
aliran eksistensialisme yaitu aliran filsafat modern yang berpandangan bahwa
hakikat nausea merupakan eksistensi dari manusia. Hakikat manusia adalah apa
yang menguasai manusia secara menyeluruh. Di sini, manusia dipandang tidak dari
sudut serba zat atau serba roh atau serba dualism, tetapi dari segi eksistensi
manusia di dunia ini.
2.
Sistem nilai dalam kehidupan manusia
Sistem
adalah suatu himpunan gagasan atau prinsip-prinsip yang saling bertautan, yang
bergabung menjadi suatu keseluruhan. Terkait dengan itu, nilai yang merupakan
suatu norma tertentu mengatur ketertiban
kehidupan sosial. Karena manusia, sebagai makhluk budaya dan makhluk sosial,
yang selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Maka, manusia dalam proses interaksinya harus berpedoman pada nilai-nilai
kehidupan sosial yang terbina dengan baik dan selaras.
Manusia
merupakan subjek dan objek pendidikan, karena itu manusia memiliki sikap untuk
dididik dan siap untuk mendidik. Namun demikian, berhasil tidaknya usaha tersebut
banyak tergantung pada jelas tidaknya tujuan.karena itu, pendidikan di
Indonesia memiliki tujuan pendidikan yang berlandaskan pada filsafat hidup
bangsa Indonesia, yaitu pancasial yang menjadi pokok dalam pendidikan, melalui
usaha-usaha pendidikan, dalam keluarga, masyarakat, sekolah, dan perguruan
tinggi.
3.
Hubungan filsafat dan filsafat pendidikan
Hubungan
filsafat dengan filsafat pendidikan dapat kita ketahui, bahwa filsafat akan
menelaah suatu realitas dengan lebih luas, sesuai dengan ciri berpikir
filsafat, yaitu radikal, sistematis, dan universal. Konsep tentang dunia dan
pandangan tentang tujuan hidup tersebut akan menjadi landasan dalam menyusun
tujuan pendidikan.
Filsafat pendidikan harus dapat menjawab empat pertanyaan pendidikan secara menyeluruh, yaitu:
Filsafat pendidikan harus dapat menjawab empat pertanyaan pendidikan secara menyeluruh, yaitu:
1)
Apakah pendidikan itu?
2)
Mengapa manusia harus melaksanakan pendidikan?
3)
Apakah yang seharusnya dicapai oleh pendidikan?
4) Dengan cara bagaimana cita-cita
pendidikan yang tersurat maupun yang tersirat dapat dicapai?
Filsafat
pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan
orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai
perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya
dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat
pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba
tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan pada banyak permasalahan pendidikan.
Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan pada banyak permasalahan pendidikan.
Lima tujuan filsafat pendidikan dapat
mengklarifikasi bagaimana dapat berkontribusi pada pemecahan-pemecahan
tersebut:
a. Filsafat pendidikan terkait dengan peletakan
suatu perencanaan, apa yang dianggap sebagai pendidikan terbaik secara mutlak.
b. Filsafat pendidikan berusaha memberikan arah
dengan merujuk pada macam pendidikan yang terbaik dalam suatu konteks politik,
sosial, dan ekonomi.
c. Filsafat pendidikan dipenuhi dengankoreksi
pelanggaran-pelanggaran prinsip dan kebijakan pendidikan.
d. Filsafat pendidikan memusatkan perhatian pada
isu-isu dalam kebijakan dan praktek pendidikan yang mensyaratkan resolusi, baik
dengan penelitian empiris ataupun pemeriksaan ulang rasional.
e. Filsafat pendidikan melaksanakan suatu
inkuiri dalam keseluruhan urusan pendidikan dengan suatu pandangan terhadap
penilaian, pembenaran, dan pembaharuan sekumpulan pengalaman yang penting untuk
pembelajaran.
Terdapat
suatu hubungan yang kuat antara perilaku seorang guru dengan keyakinannya
mengenai pengajaran danpembelajaran, siswa, pengetahuan, dan apa yang
bermanfaat untuk diketahui. Terlepas di mana seseorang berdiri berkenaan dengan
kelima dimensi pengajaran tersebut, guru harus tahu perlunya merefleksikan
secara berkelanjutan pada apa yang ia sangat yakini dan kenapa ia meyakininya.
Dari
uraian di atas terlihat bahwa peranan guru yang strategis, karena di tangannya
terletak nasib generasi penerus, mengharuskan para guru memahami hakikat nilai,
etika, estetika, sains, teologi, alam (kosmos), pendidikan, dan hakikat anak
didik. Pemahaman terhadap lapangan filsafat memberikan panduan dan dapat
menumbuhkan keyakinan terhadap misi pendidikan yang diembannya sehingga
tercipta perilaku mengajar yang lebih bermakna dan lebih bermanfaat bagi
peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar